Minggu, 10 April 2022

Makalah Ilmu Alamiah Dasar : Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuannya

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Hakikat Manusia
  1. Pengertian Hakikat Manusia

          Berbicara tentang hakikat manusia membawa kita pada pertanyaan sentral dan mendasar tentang manusia, yakni apakah dan siapakah manusia itu? Dalam Darmawi (1994: 31-2) disebutkan beberapa pendapat ahli tentang manusia:

  1. Adinegoro: manusia adalah micro cosmos bagian dari macro cosmos yang ada di atas bumi, sebagian dari makhluk bernyawa dan sebagian dari bangsa Anthropomorphen, binatang yang menyusui. Dia makhluk yang mengetahui dan menguasai kekuatan-kekuatan alam, di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin);
  2. Linaena, manusia adalah homo sapiens, artinya makhluk yang berbudi atau animal rational;
  3. Revest: manusia adalah homo loquen yaitu makhluk yang pandai menciptakan bahasa serta menjelmakan pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun;
  4. Bergson: manusia adalah homo faber  yaitu tukang,  karena pandai membuat perkakas;
  5. Franklin: manusia adalah tool making animal, binatang yang membuat alat;
  6. Aristoteles: manusia adalah zoom politicon yaitu binatang yang berorganisasi,  bermasyarakat,  berlebihan samaan. Dia juga menyebut animal riders sebagai makhluk yang bisa tertawa, suka humor;
  7. Ahli-ahli lain menyebut manusia sebagai: a) homo luden : makhluk suka main;b) homo religius : suka beragama; homo divinas : manusia sebagai khalifah Tuhan; homo economicus : manusia yang bisa menyerahkan kerja dan kekuasaannya kepada orang lain;
  8. Abbas Al Aqd: manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.

Para ahli berbeda-beda dalam membuat pengertian tentang manusia. Adapun pendapat yang mendekati kebenaran menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk (ciptaan Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan diberi anugerah sifat-sifat ketuhanan. Inilah pengertian yang disebutkan oleh sebagian ulama islam.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, makhluk yang sempurna, makhluk paling cerdas dan dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya. Maka  Hakikat Manusia adalah sebagai berikut :

  1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya;
  2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku   intelektual dan sosial;
  3. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya;
  4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya;
  5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati;
  6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas;
  7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat;
  8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

 

  1. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Kuat

            Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia diciptakan dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang  bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

  1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk yang Bertanggung Jawab

Sesungguhnya  hakikat  manusia  adalah mahluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahatan. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.

  1. Hakikat Manusia dalam Wujud dan Sifatnya

            Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:

  1. Kemampuan Menyadari Diri

Kaum  rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada  adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya.

  1. Kemampuan Bereksistensi

 Kemampuan  bereksistensi  adalah  kemampuan  menempatkan diri dan menerobos. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia  bukan  ”berada”  seperti  hewan  dan  tumbuh-tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan bereksistensi inilah yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mahkluk infra human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungannya.

  1. Kata Hati

Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”.   Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya, bagi manusia sebagai manusia.

  1. Moral

 Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum  otomatis  perbuatannya  merupakan  realisasi  dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan.

  1.  Tanggung Jawab

Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada  diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, masyarakat, norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

  1. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia.

  1. Kewajiban dan Hak

Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada. Belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban karena pemenuhan hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.

  1. Kemampuan Menghayati Kebahagian

Pada saat orang menghayati kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional. Kebahagian itu ternyata tidak terletak pada keadaanya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesangguapan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu, usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.

 

  1. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk lain.

Secara anatomi, fisik manusia tersusun dari materi yang  tak ada bedanya dengan susunan fisik hewan,  yaitu terdiri atas kulit,  daging, tulang, darah putih, darah merah, otot, saraf, air, bulu atau rambut,  organ tubuh bagian luar dan organ tubuh bagian dalam yang kesemuanya merupakan kumpulan dari miliaran sel tubuh. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.

Perlu diketahui bahwa roh manusia berbeda dengan rohani hewan dan tumbuhan. Roh pada tumbuhan dalam bahasa Latin disebut anima vegetativa atau roh nabati. Roh ini hanya dapat berkembang biak, tapi tak dapat bergerak atau pindah tempat dan tak sanggup merasakan. Roh hewan dalam bahasa Latin disebut anima sensitiva atau roh hewani. Dia sanggup merasakan, bergerak, menumbuhkan, berkembang Biak, akan tetapi tak sanggup memberikan kesadaran, pengertian dan pemikiran. Sedangkan manusia memiliki roh yang dalam bahasa Latin  disebut anima intellectiva atau ruh insani yang paling sempurna, tinggi dan mulia. Inilah yang membedakan antara makhluk manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pada manusia dilimpahkan karunia yang disebut potensi kemanusiaan (Ahnan, tt.:23-4) atau noosfer yaitu akal pikiran.

Berbeda dengan manusia, khususnya hewan, meskipun dapat bergerak secara dinamis, namun hewan tidak memiliki akal pikiran, dan tidak berkebudayaan sehingga hidupnya konstan tidak mengalami perkembangan jiwa. Sedangkan tumbuhan seperti pendapat di atas merupakan salah satu makhluk hidup yang tidak dapat bergerak seperti pada hewan atau manusia. Namun sebagian lain berpendapat bahwa tumbuhan juga termasuk makhluk hidup yang mampu bergerak sendiri meskipun sangat terbatas atau disebut gerak terikat, sedangkan gerak yang dilakukan oleh manusia dan binatang disebut gerak bebas atau gerak aktif ( Al Khatib, 1997: 20).

Ada 4 faktor potensi yang membedakan antara manusia dengan hewan sehingga manusia melebihi hewan lainnya:

  1. Potensi tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan dan keterampilan teknis;
  2. Potensi hidup, dengan potensi ini memungkinkan manusia beradaptasi dan mempertahankan hidup serta berkembang sesuai dengan tantangan alamnya;
  3. Potensi akal, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi (Iptek) sehingga ia mampu mengolah alam semesta beserta isinya untuk kepentingan hidup. Melalui potensi nalar juga mampu merenungkan dan memahami sunnatullah; dan
  4. Potensi kalbu, memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral, estetika, etika, nilai, spiritual dan merasakan kebesaran Allah Swt sebagai pencipta alam semesta. (Baca Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup,  1990:16)

 

  1. Sifat Keingintahuan Manusia

Salah satu kodrat manusia adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui. Anak  kecil adalah penanya sejati, dia tanyakan semua apa yang di sekitarnya, dia menganggap segala sesuatu itu luar biasa, dia selalu ingin tahu, makanya banyak orang beranggapan bahwa anak kecil adala filosof sejati. Namun pada umumya setelah dewasa, orang menganggap hal-hal yang ada disekitarnya biasa- biasa saja. Jadi tidak perlu dipertanyakan. Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mangenali dan mengakui seseorang sebagaimana mareka adanya, bukan apa yang orang pikirkan tentang mereka, dan bukan orang menginginkan mereka menjadi apa. Tindakan manusia diatur oleh pikirannya sendiri, sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran yang menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh si pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima. kodrat manusia sejak awal memang demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia ditempatkan di bumi dengan kodrat itu. manusia sebagai animal rational dibekali hasrat ingin tahu. Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what), bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap segala hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab.

Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan terhadap hal-hal yang ghaib. Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Ilmu Pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.

Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. . Rasa keingintahuan manusia dimulai dari rasa ingin mengenal dirinya sendiri yang kemudian berkembang kepada rasa keingintahuan manusia pada alam sekitarnya.

Rasa ingin tahu hanya akan mendorong seseorang untuk mengkaji fenomena alam semesta disaat hati nuraninya menyakini bahwa alam semesta ini telah diciptakan berdasarkan hukum kausalitas dan aturan yang selaras, keyakinan seperti ini tidak akan muncul kecuali dari keimanan terhadap Tuhan, dan ia tidak akan dimiliki oleh seorang materialis sejati. Oleh karenanya seorang materialis yang menghabisi usianya di dalam lab-lab dan pusat-pusat kajian guna mengkaji dan meneliti rahasia dan fenomena alam semesta, pada dasarnya hati nuraninya menyakini akan keberadaan Tuhan, walaupun secara zahir ia menampakkan dirinya sebagai seorang materialis.

Rasa keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa manusia untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang ada di alam serta kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih mempunyai keterbatasan misalnya keterbatasan manusia dalam melihat, mendengar, berpikir dan merasakan tentang apa yang terjadi disekitarnya secara benar dan utuh.

Manusia adalah mahluk transenden yang tak pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Bahkan leluhur manusia, Adam yang telah diberi pengetahuan langsung oleh Allah dan berpengetahuan lebih ketimbang mahluk lain masih saja ingin tahu rahasia buah kuldi. Rasa ingin tahu manusia tak pernah terpuaskan, ia terus bertanya dan bertanya.

Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) pikiran manusia berkembang dari waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan . Maka terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta juga untuk mencapai cita-cita.

Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi, kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja yang ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih, dll.)

Semua hal yang ingin diketahui manusia disebut realitas. Hasilnya adalah Pengetahuan (Knowledge), dan setelah melalui 3 tahap tadi akan berubah menjadi ilmu (Science).

Realitas tunggal (single reality) disebut Fakta (fact) yang kebenarannya tidak perlu diperdebatkan lagi, misalnya "Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak mati." Realitas yang satu dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon (Fenomena- fenomena).

Beberapa sifat realitas:

  1. Statik Sekaligus Dinamik

Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti dalam setiap realitas diasumsikan terdapat hal-hal yang tetap (regular) dan hal-hal yang berubah-ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang berubah dan apa yang tetap itu menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang realitas

  1. Denotatif dan Konotatif

Relitas bersifat denotatif, artinya realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol terhadap benda-benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna konotatif menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang) atau "abstrak."

  1. Realitas yang Disepakati (agreement reality) dan Realitas yang Dialami (experiential reality).

Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap hewan itu adalah hewan menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang anak mengalami sendiri makan masakan yang bahan utamanya daging cacing yang ternyata bergizi, lezat, dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka pengalamannya (experience) itu bertentangan dengan kesepakatannya semula dengan orang tuanya (agreement).

Perkembangan rasa keingintahuan

  1. Mitos dan mitologi, yaitu cerita rakyat yang dibuat-buat atau dongeng yang ada kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam,  manusia pada alam sekitarnya.

Mitos sebenarnya adalah manusia dengan imajinasinya berusaha secara sungguh-sungguh menrangkan gejala alam yang ada, namun usahanya belum dapat tepat karena kurang memiliki pengetahuan sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh, dewa, atau dewi.

Tujuan manusia menciptakan MITOS, karena pada saat itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.

o   karena keterbatasan pengetahuan manusia

o   karena keterbatasan penalaran manusia

o   karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah dikemukakan bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu itu benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran (pseudo science), kebenaran dan hasaratnya ingin tahu sudah terpenuhi,paling tidak untuk sementara waktu.

  1. Manusia berpikir rasional, yaitu menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi, sehingga dapat disebutkan adanya manusia yang mempunyai intelegensinya rendah, normal dan tinggi. Dalam perkembangan sejarah manusia, terdapat kesan bahwa pada mulanya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga timbul kepercaayaan atau agama dan rasa sosial. Dengan makin banyaknya persoalan yang harus dihadapi, manusia makin banyak mempergunakan akalnya dan kurang mementingkan perasaan.

DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia dalam Perspektif Sector Kehidupan dan Ajaran Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya

Solihin, Mukhtar. 2005. Hakikat Manusia Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri dalam Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia

Sumiati. 2009. Macam Macam Manusia. Semarang: Bengawan Ilmu

Purwawisesasiregar, Via. Artikel. 2014. Tersedia(online). Diunduh:

http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tentang-hakikat-manusia- dan_17.html?m=1

Rahmawati, Meliana. Artikel. 2014. Tersedia (online). Diunduh:

http://meilinarahmawati94.blogspot.co.id/2014/12/rasa-ingin-tahu-adalah-kodrat-manusia.html?m=1

 

 

 

Rabu, 22 Januari 2020

PUISI TENTANG HIJRAH


Rinduku Hijrah

Oleh Siti Maemunah

 
Ketika hawa nafsu menjadi kawan
Hati nuranimu terabaikan
Berjuta-juta gumpalan dusta kau ciptakan
Bagimu celaan pun hanya gurauan

Kala logika membuat jarak
Kepercayaanmu menjauh tak berarak
Kala logika memilih kefanaan
Bagimu akhirat hanya menjadi angan

Manakala toleransi menjadi alasan
Tak peduli berjabat tangan
Kau tertarik atas nama pertemanan
Lantunan adzan kau hiraukan

Ketika cinta membuatmu berharap dan percaya
Tak perdulikan pandangan dunia
Tak ada keseganan untuk berdekatan
Hingga bersentuhan tangan

Dibalut seutas kain tiada keraguan
Rambut panjang terurai menawan
Berjuta mata memandang
Senyum merona penuh kemenangan

Berapa banyak waktumu terbuang
Berapa banyak dosa kau lakukan
Berapa banyak nasehat kau abaikan

Tidak ingatkah dirimu
Kematian akan menghampirimu
Datang seorang sosok menakutkan
Malaikat maut menjemputmu

Ruhmu ditarik paksa
Walau kau terus meronta
Rasa sakit tak akan terkira
Rasa sesak menusuk di dada

Masihkah?
Masihkah kau ingin bersama kegelapan
Sedangkan gelapnya kubur pun masih mengancam
Walau jiwamu meronta untuk berlari
Tapi tak satu detik pun diputar kembali

Sudikah kau mendorong ayahmu ke gejolak api
Ataukah menjadi jembatan menuju surga tak bertepi
Tegakah dirimu menyaksikan ayahmu menangis menahan siksa
Ataukah menyaksikannya tersenyum di taman surga

Tinggalkan...
Dunia yang tak mampu membahagiakanmu
Jadilah bidadari untuk ayahmu
Jadilah jembatan menuju surga abadi-Nya

Hijrahlah...
Berjalanlah menuju rengkuh hidayah-Nya
Gapai keridoan-Nya
Rindukan jannah-Nya

Lakukan sebuah perubahan
Layaknya sebuah pendakian
Walau tidak berjalan mudah
Namun bersama-Nya berakhir indah

Dia akan hadir
Memberi ketenangan
Memberi kedamaian
Memberi kekuatan

Kau hanya merangkak,  lalu Dia berjalan
Kau mulai berjalan, dan Dia berlari
Kau pun berlari,  Dia lebih dari itu
Dia menggenggammu erat

Hati yang dulunya tidak tenang
Perlahan mulai menerang
Do'a yang dulu kau diabaikan
Kembali mulai dirindukan

Hijrahmu... Untuk dirimu
Hijrahmu... Karena mencintai Tuhanmu
Hijrahmu... Melindungi orang tuamu
Hijrahmu...  Hijrah yang kau rindukan

Rabu, 10 Juli 2019

Makalah Minat dan Bakat AUD : Meningkatkan Kecerdasan Musikal Melalui Bermain Alat Musik Angklung


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta ruhaninya agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.[1]
Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis sekaligus strategi dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya, artinya pada periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan spiritual.
Menurut Howard Gardner, anak usia dini memiliki sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kesembilan kecerdasan tersebut perlu dikembangkan secara optimal sesuai dengan bakat yang ada pada anak, salah satunya adalah kecerdasan musikal.
Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer menjelaskan bahwa kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik. Agar dapat dikatakan menonjol pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik. Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, tetapi juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik.[2]
Kecerdasan musikal sangat penting dikembangkan karena memberi manfaat yang banyak dalam kehidupan anak. Salah satu manfaat tersebut ialah kecerdasan musikal membantu perkembangan berbagai aspek dan kecerdasan lainnya dalam diri anak. Menurut Sheppard mengemukakan bahwa musik dapat membantu membentuk fungsi dan pertumbuhan otak, koordinasi mental dan fisik, meningkatkan daya ingat, mengembangkan kemampuan bahasa, meningkatkan kemampuan matematika dan pemahaman ruang, membantu kreativitas personal, membantu mengembangkan keterampilan sosial, dan kesehatan anak.[3]
Ciri anak yang memiliki kecerdasan musikal adalah anak menyukai permainan alat-alat musik dan terlibat dalam kegiatan dengan musik seperti paduan suara atau drum band, bermain alat musik modern atau tradisional seperti angklung. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan musikal anak yaitu dengan bermain alat musik angklung.
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Dibandingkan dengan alat musik lain, angklung tidak berbahaya bagi anak, bentuknya menarik dan mudah dimainkan. Selain itu, juga dapat mengembangkan perkembangan motorik anak.
Selama pemakalah mengadakan observasi komponen kecerdasan musikal anak dikelompok B2 RA Al Falah, pada tanggal 22 April 2019 dengan jumlah anak 12 orang yang terdiri 8 anak laki-laki dan 4 anak perempuan, menunjukan bahwa banyak anak yang belum optimal kecerdasan musikalnya. Hal itu ditunjukan dari hasil pengamatan Kecerdasan Jamak anak, diperoleh skor kecerdasan musikal yang paling rendah yaitu sebesar 26. Dan untuk hasil observasi bermain alat musik angklung, dengan melakukan percobaan awal dengan indikator anak dapat menyesuaikan nada dan dapat menyesuaikan antara irama dengan tempo dalam bermain alat musik angklung. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 : Hasil Pengamatan Awal (Prasiklus) Anak
Bermain Alat Musik Angklung
Indikator
Kriteria
Hasil
Jumlah Anak
Persentase
Menyesuaikan Nada
BB
8
66%
MB
2
17%
BSH
2
17%
BSB
0
0%
Jumlah
12
100%
Menyesuaikan antara irama dengan tempo
BB
9
75%
MB
2
17%
BSH
1
8%
BSB
0
0%
Jumlah
12
100%

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, pemakalah tertarik untuk menyusun makalah dengan judul Meningkatkan Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini Melalui Bermain Alat Musik Angklung Pada Kelompok B2 RA Al Falah Tarogong Kaler Garut Tahun Pelajaran 2018/2019.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalahnya yaitu :
1.      Bagaimana pembelajaran pengembangan kecerdasan musikal di Kelompok B2 RA Al Falah Tarogong Kaler?
2.      Bagaimana penerapan metode bermain alat musik angklung dalam pengembangan kecerdasan musikal di Kelompok B2 RA Al Falah Tarogong Kaler?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas tujuan makalah ini yaitu:
1.    Untuk mendeskripsikan pembelajaran pengembangan kecerdasan musikal di Kelompok B2 RA Al Falah Tarogong Kaler.
2.    Untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain alat musik angklung dalam pengembangan kecerdasan musikal di Kelompok B2 RA Al Falah Tarogong Kaler.

D.      Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Memberikan informasi tambahan mengenai pembelajaran pengembangan kecerdasan musikal.
2.    Memberikan informasi tambahan mengenai penerapan metode bermain alat musik angklung dalam pengembangan kecerdasan musikal.
3.    Dapat dijadikan referensi tambahan untuk penulisan karya tulis sesuai kebutuhan

E.       Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini meliputi tiga bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab I  Pendahuluan, menguraikan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teori, mengemukakan tentang kecerdasan musikal anak, bermain alat musik angklung dan meningkatkan kecerdasan musikal dengan bermain alat musik angklung.
Bab III Penutup, menguraikan: kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Kecerdasan Musikal Anak
1.                  Pengertian Kecerdasan Musikal
Menurut Thomas Armstrong, kecerdasan musikal adalah “The capacity to perceive (e.g., as a music aficionado), discriminate (e.g., as a music critic), transform (e.g., as a composer), and express (e.g., as a performer) musical forms. This intelligence includes sensitivity to the rhythm, pitch or melody, and timbre or tone color of a musical piece. One can have a figural or “top-down” understanding of music (global, intuitive), a formal or “bottom-up” understanding (analytic, technical), or both.” Hal ini berarti kecerdasan musikal adalah kemampuan mempersepsi dan  memahami, mencipta dan menyajikan bentuk-bentuk musikal. [4]
Hal ini dibenarkan oleh Sujiono yang mengatakan bahwa: Kecerdasan musikal yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer), mengekspresikan (penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titi nada pada melodi, dan warna nada atau warna suatu lagu.[5]
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang di bidang musik baik kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrument, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat bermain musik maupun menyanyikan lagu.

2.             Komponen Kecerdasan Musikal
Menurut Armstrong, komponen inti kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap nada, pola titi nada atau tangga nada melodi, warna nada atau warna suara suatu lagu. Dengan demikian, melalui kepekaan terhadap nada seseorang dapat membedakan nada dan bahkan dapat menilai mana nada-nada fals dan mana yang tidak. Kepekaan terhadap titi nada memungkinkan anak mengidentifikasi lagu tertentu, mengikuti iramanya, dan memberikan reaksi yang sesuai.
Sementara itu, kepekaan terhadap warna nada dan suara, memungkinkan anak mampu membedakan sumber suara atau pemilik suara secara akurat. Misalnya pada saat bermain alat musik angklung, anak dapat menyadari ada teman yang salah mengambil angklung yang seharusnya “re” namun anak mengambil bernada sol saat dimainkan lagu menjadi lain karena seharusnya “do re mi fa sol mi do” karena salah ambil angklung nadanya menjadi “do sol mi fa sol mi do” meskipun anak tersebut belum mampu menyebutkan nada apa yang keliru. Anak tersebut sudah memahami kalau nada yang dimainkan tidak sesuai sehingga lagu tersebut terdengar fals. Kecerdasan musikal mencangkup juga kesenangan terhadap bentuk-bentuk musikal.
Musik memiliki aturan dan struktur tersendiri. Musik adalah bahasa audiotorik yang menggunakan tiga komponen dasar, yakni intonasi suara, irama, dan warna nada. Individu yang peka nada, dapat mengenali nada rendah dan tinggi, dan cepat menangkap apabila ada nada yang terlalu rendah atau tinggi. Ketika diberi suguhan musik dengan nada dasar tertentu, individu yang peka nada dapat menyesuaikan suaranya dengan nada tersebut. Individu yang peka pola titi nada dapat mengenali karakter lagu tertentu ia dapat menyesuaikan irama dan tempo suaranya sehingga pas dan enak didengar. Individu yang peka warna nada, cepat mengenali jenis suara, baik suara alat musik maupun suara manusia, bahkan juga suara-suara yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan komponen-komponen kecerdasan musikal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang di ambil dalam penelitian kecerdasan musikal ini yaitu 1. Menyesuaikan nada 2. Menyesuaikan antara irama dengan tempo.




3.                  Pentingnya Kecerdasan Musikal
Tanpa kita sadari, kecerdasan musikal adalah kecerdasan yang paling awal tumbuh dan berkembang di dalam diri setiap manusia. Sejak lahir masih berada dalam kandungan, ia selalu mendengarkan “musik” alami, yakni detak jantung ibunya. Inilah yang menyebabkan anak-anak lebih menyukai musik klasik yang didominasi nada “bas”, dari pada musik modern yang didominasi nada “jazz”. Nada “bas” ini dikiranya adalah detak jantung ibunya sendiri. Menurut keterangan dokter, alat indera bayi yang berfungsi pertama kali adalah indra pendengaran. Menurut Tafsir dalam Suyadi dalam Lestari, Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk melantunkan “musik” adzan pada telinga kanannya dan iqamah pada telinga kirinya. Hal ini dimaksudkan agar gendang telinga anak mampu menangkap musik ilahiah (adzan dan iqamah) untuk pertama kalinnya sebelum musik-musik lain didengarnya.[6]
Hal ini diperkuat oleh bidang neorologi yang menyatakan bahwa suara, irama dan getaran mampu ditangkap oleh anak atau bayi sejak dalam kandungan. Dapat kita bayangkan bahwa betapa dasyat kekuatan irama, suara, dan getaran musik, berikut ini beberapa pentingnya kecerdasan musikal antara lain: [7]
a.         Meningkatkan kreativitas dan imajinasi
Musik mempunyai sifat unik yang mampu membuka pintu gerbang pikiran dan wawasan baru. Disamping itu, musik juga dapat manjadi stimulan bagi imajinasi kreatif pendengaranya. Bahkan, musik mampu melatih seluruh bagian otak secara maksimal.

b.        Meningkatkan intelektualitas
Musik dapat meningkatkan prestasi belajar akademis peserta didik di sekolah. Musik telah membuktikan dirinya bahwa ia mampu meningkatkan pemikiran sistematis, khususnya pemikiran abstrak pada anak usia dini.

c.         Mempengaruhi kecerdasan lainya
Kecerdasan musikal sebagai landasan berkembangnya seluruh kecerdasan lain, diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Dee Dickinson, seorang  pendiri  New Horizon for Learning, yaitu jaringan pendidikan internasional nirlaba yang berkedudukan di Washington. Mereka menyatakan bahwa sekolah yang mengintegrasikan pelajaran musik dalam kurikulum sejak Taman Kanak-kanak (TK) mampu meningkatkan kecerdasan spasial dan logika. Hal ini dibuktikan oleh seorang alumni sekolah Hongaria yang meraih peringkat ke-1 dalam sains modern. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa dengan musik, orang tua dan pendidik dapat menstimulasi berbagai jenis kecerdasan lain pada diri anak.

d.        Terapi Psikologis
Kecerdasan musikal merupakan fondasi dan stimulasi bagi kecerdasan lainnya. Disisi lain, musik mampu membangkitkan semangat belajar anak karena dibentuk oleh rasa senang dalam hatinya.
Semuanya berangkat dari hati yang senang kalimat inilah yang lebih mudah untuk melukiskan peranan musik bagi keberhasilan pembelajaran. Dengan perasaan senang inilah, semua aktivitas, terutama belajar, tidak akan dihantui oleh rasa khwatir karena tidak akan lulus atau gagal dalam usaha

4. Stimulasi Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini
Cara untuk menstimulasi kecerdasan musikal Anak Usia Dini, antara lain:[8]
a.         Ajarkan berbagai konsep musik pada Anak Usia Dini
Mengajarkan konsep-konsep musik pada anak pada sejak dini merupakan cara yang paling mudah untuk untuk menstimulasi kecerdasan musiknya. Apabila orang tua tidak menguasai konsep-konsep musik yang rumit, cukup ajarkan anak tangga nada dasar dari mulai do hingga si dan minta anak untuk menyanyikan kembali.

b.              Ajarkan anak dengan lagu sesuai tingkat usianya
Orang tua dapat mengajarkan anak untuk bernyanyi sejak ia sudah mulai bisa bicara. Pada awalnya ajarkan lagulagu sederhana seperti burung kakak tua, topi saya bundar, balon ku ada lima, atau pelangi-pelangi. Awalnya anak hanya akan mendengarkan anda bernyanyi, namun lama-kelamaan anak mulai dapat menirukan lagu tersebut.

c.              Perdengarkan musik atau lagu setiap hari
Orang tua dapat memperdengarkan lagu/musik dengan suara yang lembut atau tidak keras. Pada masa usia bayi, orang tua dapat memperdengarkan musik-musik instrumental tanpa lirik untuk melatih kepekaan anak akan suara/bunyi-bunyian. Selanjutnya barulah memperdengarkan lagu-lagu berlirik dengan tujuan sekaligus meningkatkan kemampuan bahasanya.

d.             Fasilitasi anak agar dapat bermain alat musik
Bermain alat musik merupakan cara yang ampuh untuk mengembangkan kemampuan musikal anak. Apabila orang tua tidak mampu menyediakan alat musik yang berharga mahal, cukup sediakan kotak bekas atau galon air mineral yang kosong untuk dijadikan alat musik perkusi. Semakin ia menyukai alat musik, semakin anak termotivasi untuk memainkan alat musik.

e.              Libatkan anak dalam kegiatan bermusik
Melibatkan anak dalam kegiatan bermusik, selain sebagai sarana meningkatkan kemampuan musikalnya, juga sebagai sarana anak untuk bersosialisasi. Sebagai contoh, libatkan anak dalam kegiatan paduan suara atau group drum band di sekolahnya atau bermain alat musik angklung secara berkelompok.

f.               Perdengarkan musik saat kegiatan belajar
Anak dengan kecerdasan musik yang menonjol, akan lebih memahami suatu konsep dengan bantuan musik, anak lebih mudah mengingat nada-nada dalam sebuah lagu, dari pada hanya kata-kata tanpa nada. Oleh karena itu, musik dapat membantu anak di dalam mengingat sesuatu dan memahami sesuatu.

g.              Beri motivasi anak untuk menciptakan lagu
Saat anak sudah dapat memahami konsep-konsep musik dengan baik, motivasi anak untuk menciptakan sebuah lagu atau rangkain melodi yang indah. Beri pujian pada anak saat anak berhasil menyusun melodi-melodi tersebut dan motivasi untuk melakukanya.

h.              Fasilitasi anak untuk mengikuti kompetisi musik
Kompetisi bermusik bukan hanya kompetisi bernyanyi, bisa juga kompetisi bermain alat musik atau menciptakan lagu. Apabila anak ingin mengikuti kompetisi tersebut, fasilitasi kebutuhan anak, mulai dari proses pendaftaran hingga alat bantu d butuhkan anak.

5. Indikator Perkembangan Kecerdasan Musikal pada Anak Usia Dini
Individu yang memiliki kecerdasan musikal menurut Armstrong dalam Musfiroh[9] memiliki sebagian atau seluruh indikator berikut:
a.         Memiliki suara yang merdu
b.        Dapat mengenali dan menunjukan nada-nada yang sumbang
c.         Senang mendengarkan musik radio, piringan hitam, dan kaset
d.        Dapat memainkan alat musik
e.         Mereka tidak nyaman apabila tidak mendengarkan/terlibat dengan musik. Kondisi sunyi menjadi tidak menyenangkan bagi mereka.
f.         Mampu mengingat lagu/musik dengan cepat dan akurat.
g.        Mudah mengikuti irama musik dengan alat perkusi sederhana.
h.        Mengenal nada-nada berbagai macam lagu atau karya musik.
i.          Sering mengetuk-ketukan jari secara berirama atau bernyanyi kecil.

B.       Bermain Alat Musik Angklung
1.      Pengertian Bermain
Bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak. Bermain dilakukan anak dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Kegiatan bermain tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh pemain itu sendiri. Bermain memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangandiri anak, baik secara fisik maupun mental.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia bermain adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak).
Beberapa pengertian bermain menurut para ahli dalam Sujiono[10] diantaranya:
a.         Mayesty menyatakan bahwa bermain merupakan sarana sosialisasi dimana diharapkan melalui kegiatan bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.
b.        Docket dan Fleer mengungkapkan bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
c.         Catron & Allen menjelaskan bahwa bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap semua area perkembangan anak. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
Menurut Moeslichatoen R., dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan bermacam bahan dan alat, berimajinasi, memcahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan.[11]
Sudirjo dalam Nuraida menuturkan bahwa bermain dapat dimanfatkan sebagai sarana optimalisasi yang alami bagi perkembangan dan proses belajar anak.  Adanya pengelolaan pembelajaran melalui bermain ini diharapkan dapat menjadi suatu hal yang menarik bagi anak dan sekaligus menjadi sarana yang tepat bagi stimulasi perkembangan kecerdasan musikal anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak. Bermain dilakukan anak dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Kegiatan bermain tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh pemain itu sendiri. Bermain memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan diri anak, baik secara fisik maupun mental.

2. Alat Musik Angklung
a.      Pengertian Alat Musik Angklung
Dalam Erni Rosydiana disebutkan secara etimologis, Angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah. Jadi Angklung merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap. Kata Angklung diambil dari cara alat musik tersebut dimainkan.[12]
Menurut Ali dalam Lestari, angklung merupakan alat musik daerah jawa barat. Alat musik ini terbuat dari bahan bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada-nada tertentu. Cara memainkanya, yaitu digoyangkan dengan tangan. Tangan kiri memegang angklung dan tangan kanan menggoyang- goyangkan atau menggetarkannya. Setiap angklung menghasilkan nada tertentu. Oleh karena itu, dalam pementasan musik angklung, pemainya dapat berjumlah lebih dari tujuh orang. Setiap orang menggoyangkan angklung dengan nada tertentu.[13]
Menurut Rasyid dalam Lestari, angklung adalah alat musik tradisional indonesia yang berasal dari tanah sunda, terbuat dari bambu yang dibunyikan dengan cara digoyangkan agar badan pipa bambu bertabrakan sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2 sampai 4 nada dalam setiap ukuran baik besar maupun kecil.
Menurut Tyas dalam Lestari, angklung adalah alat musik yang berasal dari jawa barat. Alat musik ini terbuat dari bambu, kemudian dibentuk menjadi angklung. Setiap angklung mewakili satu nada saat ini angklung menggunakan tangga nada diatonis angklung memiliki tujuh nada diatonis yaitu “do, re, mi, fa, sol, la, si. [14]
Angklung dibedakan menjadi dua yaitu angklung melodi dan angklung pengiring. Pemilihan lagu disesuaikan dengan angklung yang ada, lagu yang dipilih pun sederhanan dan mudah dipahami anak. mengenalkan angklung pada anak usia dini tidak menggunakan partitur balok seperti yang dilakuakan orang barat. Karena itu pada proses latihan angklung lebih sering digunakan partitur angka. Partitur yang melambangkan nada dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dimainkan dengan cara di goyangkan dan semua orang bisa memainkanya baik anak-anak maupun orang dewasa.





b.      Cara Bermain Angklung
Dalam Erni Rosydiana disebutkan berbagai macam jenis angklung yaitu: 1) Angklung pentatonis (angklung tradisional); (2) angklung Diatonis (Angklung Daeng). Besar kecilnya nagklung yang digunakan biasanya disesuaikan dengan usia pemain yang akan memainkan lagu dalam penampilan angklung.[15]
Cara bermain angklung antara lain sebagai berikut :
1)   Cara Memegang Angklung
Cara memegang angklung adalah hal pertama yang harus diperhatikan oleh pemain angklung. Ketepatan cara memegang angklung ini penting untuk kenyamanan dan bertujuan untuk menghasilkan bunyi yang benar.

2)   Cara Membunyikan Angklung
Cara dalam bermain angklung ada 3 dasar, ketiganya akan menghasilkan jenis suara yan berbeda. Yaitu (1) kurulung teknik dasar memainkan angklung dengan cara menggentarkan tabung suara; (2) Centok( staccato) teknik dasar memainkan angklung dengan cara memukul tabung angklung horisontal pada bagian dasar angklung oleh telapak tangan;(3) tangkep teknik dasar memainkan angklung dengan cara menggetarkan tabung besar saja. Dalam bermain angklung harus memperhatikan beberapa hal diantaranya, (1) Tempo adalah cepat lambatnya ketukan pada lagu; (2) dinamika istilah untuk menggambarkan bagaimana volume angklung yang harus dihasilkan oleh pemain, apakah pelan, kencang lembut, semakin lama semakin besar, semakin lama semakin kecil.

3)   Membaca Partitur
Dalam memainkan angklung menggunakan partitur angka, tujuannya untuk mempermudah orang yang ingin mempelajarinya. Untuk oktaf yang berbeda biasanya digunakan tanda titik(.). Dimana satu titik angka dibawah membedakan nada, nada rendah dan nada tinggi. Untuk memperkaya suasana lagu, instrumen selain angklung dapat ditambahklan baik instrumen melodis digunakan untuk memperkaya melodi, terutama melodimelodi lagu yang terlampau rumit. Dan instrumen perkusi digunakan untuk menumbuhkan suasana tertentu melalui pola-pola ritmik menjadi khas berbagai jenis lagu.

c.       Langkah-langkah Bermain Alat Musik Angklung Pada Anak Usia Dini
Menurut Tyas dalam Lestari mengatakan cara memainkan angklung adalah digoyangkan dengan tangan. Tangan kiri memegang angklung dan tangan kanan menggoyang-goyangkan atau menggetarkan angklungnya. Angklung yang dimainkan anak terkadang bunyi suaranya kurang terdengar keras karena gerakan tangan anak berbeda dengan gerakan tangan orang dewasa.[16]
Langkah-langkah dalam bermain alat musik angklung untuk mengoptimalkan kecerdasan musikal anak di antaranya yaitu:
1)        Guru memperkenalkan alat musik angklung kepada anak.
2)        Membagikan angklung kepada anak sesuai dengan nada yang tertera di badan angklung.
3)        Guru memperkenalkan tangga nada kepada anak 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si.
4)        Guru membariskan anak yang bernada sama satu baris mundur kebelakang dilanjutkan baris kelompok dua disamping dan seterusnya dapat membantu anak mengingat barisan nada diatonis “do, re, mi, fa, sol, la, si”. Dalam satu kelompok nada terdiri dari empat orang anak.
5)        Guru mengajarkan anak cara memegang angklung dengan benar agar angklung menghasilkan bunyi yang di inginkan.
6)        Guru mengajarkan anak cara membunyikan angklung setelah itu anak membunyikan angklung secara bersama-sama.
7)        Setelah itu guru menuliskan not angka di papan tulis sesuai dengan lagu yang akan dimainkan.
8)        Anak diajarkan membaca notasi angka yang ada di papan tulis.
9)        Guru mengajarkan anak membunyikan angklung sesuai dengan notasi angka yang ada di papan tulis.
10)    Guru menunjukan satu persatu notasi angka yang ada di papan tulis dan anak membunyikan angklung sesuai dengan notasi angka yang di tunjuk oleh guru.
11)    Guru menyanyikan lagu sambil menunjukkan notasi angka
12)    Anak memainkan angklung dengan lagu “Hujan”.

C.  Meningkatkan Kecerdasan Musikal melalui Bermain Alat Musik Angklung
Musfiroh mengatakan bahwa informasi mengenai kecerdasan musikal pada anak-anak dapat diperoleh melalui observasi terhadap salah satunya kesenangan dan kemampuan anak dalam memainkan alat musik. Meskipun demikian keberhasilan dalam mengoptimalkan kecerdasan musikal tidak secara langsung dalam sekali pembelajaran, namun akan optimal secara bertahap.[17] Hal ini, sesuai dengan pendapat Sefrina menyatakan bahwa perkembangan kecerdasan musikal juga ternyata seiring dengan perkembangan kognitif anak.[18]
Sebagaimana diungkapkan oleh Armstrong dalam Musfiroh yang menyatakan bahwa komponen inti kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap nada, pola titi nada atau tangga nada melodi, warna nada atau warna suara suatu lagu. Individu yang peka nada, dapat mengenali nada rendah dan tinggi, dan cepat menangkap apabila ada nada yang terlalu rendah atau tinggi. Ketika diberi suguhan musik dengan nada dasar tertentu, individu yang peka nada dapat menyesuaikan suara dengan nada tersebut. Individu yang peka terhadap pola titi nada dapat mengenali karakter lagu tertentu ia dapat menyesuaikan irama dan tempo. Berdasarkan ungkapan tersebut, aspek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu menyesuaikan nada dan menyesuaikan antara irama dengan tempo.[19]
Sefrina menyatakan bahwa kecerdasan musikal juga di pengaruhi oleh kemampuan otak yakni oleh otak kanan dan sedikit pengaruh oleh otak kiri.[20] Namun, pada penelitian pada beberapa orang yang mengalami kerusakan otak kanan juga mengalami penurunan kemampuan memahami dan memproduksi musik. Disamping itu, otak sebelah kiri khususnya area broca dan wernicke (area bahasa dan bicara) juga sedikit banyak mempengaruhi kemampuan musikal pada pemahaman dan penyusunan lirik lagu.
Melalui kegiatan bermain alat musik angklung ini, dapat mengoptimalkan kecerdasan musikal anak. Sesuai dengan pendapat Musfiroh bahwa informasi mengenai kecerdasan musikal pada anak-anak dapat diperoleh melalui observasi terhadap salah satunya kesenangan dan kemampuan anak dalam memainkan alat musik.[21] Salah satunya dengan cara bermain alat musik angklung. Karena menurut Musfiroh menyatakan bahwa kecerdasan musikal memiliki peran yang besar bagi perkembangan otak. Musik memiliki sifat unik yang membuka pintu gerbang memasuki pikiran dan wawasan baru. Musik berperan sebagai stimulan setiap kali kita memerlukan peningkatan kreativitas dalam kehidupan.[22]
Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan bermain alat musik angklung dapat mengoptimalkan kecerdasan musikal anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sefrina bahwa kecerdasan musikal anak usia dini dapat distimulasi dengan memfasilitasi anak agar anak dapat bermain alat musik.[23] Kegiatan bermain alat musik angklung yang digunakan dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam menyesuaikan nada serta menyesuaikan antara irama dengan tempo pada saat anak-anak melakukan kegiatan bermain alat musik angklung.
Melakukan kegiatan bermain alat musik angklung dalam mengoptimalkan kecerdasan musikal ini memberikan pengetahuan serta pengalaman secara langsung kepada anak, dimana anak terlibat secara langsung dalam kegiatan bermain alat musik angklung. Karena dengan bermain alat musik angklung selain dapat mengoptimalkan kecerdasan musikal anak juga dapat membangun sosialemosional anak yaitu anak dapat berkerja sama dan kompak pada saat memainkan alat musik angklung.






















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.    Kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang di bidang musik baik kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrument, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat bermain musik maupun menyanyikan lagu. Komponen inti kecerdasan musikal yang menjadi aspek observasi di RA Al Falah yaitu menyesuaikan nada dan menyesuaikan antara irama dengan tempo. Kecerdasan musikal sangat penting dikembangkan karena memberi manfaat yang banyak dalam kehidupan anak.

2.    Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dimainkan dengan cara di goyangkan dan semua orang bisa memainkanya baik anak-anak maupun orang dewasa. Hal yang harus diperhatikan ketika bermain alat musik angklung adalah cara memegang angklung, cara bermain angklung, dan membaca partitur. Bermain alat musik angklung memiliki banyak keunggulan yaitu selain menarik menyenangkan juga meningkatkan kecerdasan musikal, angklung juga bisa melatih motorik dan sosial emosional anak.

3.    Dengan bermain alat musik angklung dapat mengoptimalkan kecerdasan musikal anak. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat para ahli, juga beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai meningkatkan kecerdasan musikal dengan bermain alat musik angklung.


B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penulis mencoba mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Lembaga
Hendaknya harus memfasilitasi alat atau media yang digunakan oleh guru untuk mendukung memperhatikan, mendukung proses belajar mengajar disetiap harinya agar perkembangan anak dapat meningkat dengan baik.

2. Guru
  1. Penggunaan media yang menarik dapat diberikan guru kepada anak dalam setiap pembelajarannya untuk dapat mengembangkan kecerdasan musikal anak, sehingga anak menjadi antusias dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Salah satu media yang efektif untuk mengembangkan kecerdasan musikal anak, dan meningkatkan keterampilan bermain musik pada anak kelompok B.
  2. Penggunaan media angklung tidak hanya dapat dilakukan didalam kelas, namun bisa juga dilakukan diluar kelas, misalnya dihalaman sekolah.


















DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Thomas. 2009. Multiple Intellegences in the Classroom. Virginia, USA : ASCD
Handayani, Sri dkk. 2019.  Upaya Meningkatkan Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini Melalui Permainan Alat Musik Tradisional Angklung. PAUDIA: Jurnal Penelitian dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Lestari, Novita Dwi.  2014.  Mengoptimalkan Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini dengan Bermain Alat Musik Angklung. Skripsi.  Bengkulu: Universitas Bengkulu
Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka.
Najib, Muhammad. dkk. 2016. Manajemen Strategik Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media
Nuraida, Eri. ............. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bermain Alat Musik Angklung. Jurnal. Departemen Pendidikan Seni Musik: Universitas Pendidikan Indonesia
Rosyadi. 2012. Angklung: Dari Angklung Tradisional Ke Angklung Modern. Patanjala : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Vol. 4, No.1
Rosydiana, Erni. 2017. Meningkatkan Kecerdasan Musik melalui Permainan Angklung di PAUD Aulia. Jurnal. Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume I, No.2
Sefrina, Andin. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Yogyakarta: Media Pressindo.
Setyawati, Tiya dkk. 2017. Meningkatkan Kecerdasan Musikal dengan Angklung. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni. Vol. 2 No. 1
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Susanto, Ahmad. 2016. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenadamedia Group


[1] Muhammad Najib, Novan Ardy Wiyani, & Sholichin, Manajemen Strategik Pendidikan Karakter bagi AUD, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), hlm. 99.
[2] Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 281.
[3] Sri Handayani, dkk. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Musikal Anak Usia Dini Melalui Permainan Alat Musik Tradisional Angklung,(PAUDIA: Jurnal Penelitian dalam Pendidikan Anak Usia Dini, 2019), hlm.  96.
[4] Thomas Armstrong, Multiple Intellegences in the Classroom, (Virginia, USA : ASCD, 2009), Hlm. 7
[5] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Indeks, 2010), Hlm. 192
[6] Novita Dwi Lestari, Mengoptimalkan Kecerdasan Musikal dengan Bermain Alat Musik Angklung. (Bengkulu : Universitas Bengkulu, 2014), Hlm. 17
[7] Ibid, hlm. 17
[8] Ibid, hlm. 19
[9] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 5.5-5.7
[10] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Indeks, 2010), hlm. 144-145
[11] Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 33
[12] Erni Rosydiana, Meningkatkan Kecerdasan Musik melalui Permainan Angklung di PAUD Aulia, (Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017), Hlm. 56
[13] Novita Dwi Lestari, Mengoptimalkan Kecerdasan Musikal dengan Bermain Alat Musik Angklung. (Bengkulu : Universitas Bengkulu, 2014), Hlm. 34
[14] Ibid, Hlm. 35
[15] Erni Rosydiana, Meningkatkan Kecerdasan Musik melalui Permainan Angklung di PAUD Aulia, (Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017), Hlm. 57
[16] Ibid, Hlm. 36
[17] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.16
[18] Sefrina Andin, Deteksi Minat Bakat Anak, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), hlm. 88
[19] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 5.3-5.4
[20] Sefrina Andin, Deteksi Minat Bakat Anak, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), hlm. 90
[21] Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.6
[22]Ibid, Hlm. 5.9
[23] Sefrina Andin, Deteksi Minat Bakat Anak, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), hlm.95

 

Mae's Life Published @ 2014 by Ipietoon