Senin, 08 Juli 2019

Makalah Pendidikan Karakter : Menciptakan Masyarakat Berkarakter

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul MENCIPTAKAN MASYARAKAT BERKARAKTER. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan Karakter.
            Atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material, maka segala hambatan dan kesulitan yang penyusun hadapi dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi. Maka dari itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Husnan Sulaiman, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Karakter yang senantiasa membimbing dan memberikan arahan untuk kelancaran penyusunan makalah ini.
            Karena makalah ini jauh dari sempurna, maka kami berharap kepada pembaca memberikan saran atau kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan para pembaca umumnya dan penyusun khususnya.
Garut,  Mei 2019

Penyusun



DAFTAR ISI


Hal
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ii
BAB I  PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
A.    Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
B.     Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
C.     Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
D.    Manfaat Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
E.     Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
BAB II KAJIAN TEORITIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
A.    Konsep Dasar Masyarakat Berkarakter  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
B.     Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
C.     Pentingnya Membangun Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . .
10
D.    Tujuan Pembangunan Masyarakat Berkarakter  . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
BAB III ANALISIS MENCIPTAKAN SEKOLAH BERKARAKTER .
19
A.    Konsep Dasar Masyarakat Berkarakter  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
19
B.     Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . . .
19
C.     Pentingnya Membangun Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . .
19
D.    Tujuan Pembangunan Masyarakat Berkarakter  . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
20
BAB IV  PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
21
A.    Kesimpulan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
21
B.     Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
22
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Era globaliasi masyarakat modern adalah sebagai dampak perubahan sosial budaya yang sekarang sudah dirasakan.Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang teknologi komunikasi dan informasi menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan budaya lain dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai. Paling kurang untuk sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau mengalami ketidak jelasan arah hidup.Dalam situasi seperti itu, erosi nilai-nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya nilai ekonomis dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus komersialisasi di berbagai bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini, nilai-nilai yang dapat membangun karakter sudah mulai asing di tengah masyarakat.
Salah satu realisasi visi dan misi bangsa Indonesia pada masa mendatang telah termuat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim  pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisplin dan bertanggung  jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
Pada era reformasi di negeri kita sekarang ini banyak sekali dijumpai perilaku masyarakat yang terasa menyimpang dari norma-norma tradisi yang mengambarkan kepatutan sosial. Ada yang menganggapnya sebagai konsekuensi logis reformasi, ada juga yang mengangap sebagai fenomena reformasi yang kebablasan.  Jika pada masa orde baru kebanyakan pejabat negara itu dipandang terhormat dan dihormati, kini semua pejabat publik bahkan presiden dan wakil presiden pun menjadi bahan olok-olok demonstran jalanan. Bukan hanya itu, perilaku anarkipun dilakukan oleh lapisan masyarakat yang semestinya berkarakter, seperti mahasiswa dan anggota parlemen . Oleh karena itu  dapat disebut bahwa anarki berlangsung dari jalanan hingga senayan. Pertanyaan yang timbul adalah, apakah perilaku “menyimpang “ ini merupakan budaya masyarakat kini, atau sekededar fenomena musiman? Pertanyaan mendasar berikutnya, mengapa terjadi hal itu dan siapa yang harus disalahkan atau siapa yang harus bertanggung jawab?
Era globaliasi masyarakat modern adalah sebagai dampak perubahan sosial budaya yang sekarang sudah dirasakan. Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang teknologi komunikasi dan informasi menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan budaya lain dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai. Paling kurang untuk sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau mengalami ketidak jelasan arah hidup. Dalam situasi seperti itu, erosi nilai-nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya nilai ekonomis dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus komersialisasi diberbagai bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini, nilai-nilai yang dapat membangun karakter sudah mulai asing di tengah masyarakat.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.        Bagaimana konsep dasar masyarakat berkarakter?
2.        Bagaimana strategi membangun masyarakat berkarakter?
3.        Bagaimana pentingnya membangun masyarakat berkarakter?
4.        Apa saja tujuan pembangunan masyarakat berkarakter?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.        Untuk memahami konsep dasar masyarakat berkarakter.
2.        Untuk mengetahui strategi membangun masyarakat berkarakter .
3.        Untuk mengetahui pentingnya membangun masyarakat berkarakter.
4.        Untuk Mengetahui tujuan pembangunan masyarakat berkarakter.

D.    MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan informasi tambahan mengenai Menciptakan Masyarakat Berkarakter.
2.      Dapat dijadikan referensi tambahan untuk penulisan makalah serupa.
3.      Menambah ilmu pengetahuan.

E.     S ISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini meliputi empat bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisn, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritis mengemukakan tentang bagaimana konsep dasar masyarakat berkarakter, strategi membangun masyarakat berkarakter, pentingnya membangun masyarakat berkarakter dan tujuan pembangunan masyarakat berkarakter.
Bab III Analisis mengenai makalah menciptakan masyarakat berkarakter
Bab IV Penutup meliputi: kesimpulan dan saran.
                                                                                                











BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.     KONSEP DASAR MASYARAKAT BERKARAKTER
1.      Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu musyarakah. Dalam bahasa Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama yang menurut Ibnu Manzur dalam Lisan Al’Arab mengandung arti (1) pokok dari segala sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan. (2) kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti berserikat, bersekutu dan saling bekerjasama. Jadi dari kata musayarakah dan mujtama sudah dapat ditarik pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati bersama. Dari pengertian tersebut dapat kita bayangkan bagaimana anatomi dari masayarakat yang berbeda-beda. Dapat dijumpai misalnya ada masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat dunia, masyarakat Indonesia dan sebagainya. Semua jenis masyarakat tersebut terdiri dari unsur-unsur yang berbeda tetapi mereka menyatu dalam satu tatanan sebagai wujud kehendak bersama.
Dalam U. Ubaidillah disebutkan  masyarakat dalam bahasa Inggris disebut “society” asal kata “sociuc” yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu “syirk” yang berarti bergaul atau dalam bahasa ilmiahnya interaksi. Adanya saling bergaul itu tentu karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain. Arti yang lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial maupun ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Kata masyarakat hanya terdapat dalam dua bahasa yakni Indonesia dan Malaysia. Kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yang artinya berhubungan dan pembentukan suatu kelompok atau golongan.
Berikut ini beberapa definisi masyarakat menurut pakar sosiologi (Setiadi, 2013: 36):
a.    Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
b.    Max Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilainilai yang dominan pada warganya
Emile Durkheim mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Kehidupan sebuah masyarakat merupakan sebuah sistem sosial di mana bagian-bagian yang ada di dalamnya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan menjadikan bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan yang terpadu. Manusia akan bertemu dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat dengan peran yang berbeda-beda, sebagai contoh ketika seseorang melakukan perjalanan wisata, pasti kita akan bertemu dengan sebuah sistem wisata antara lain biro wisata, pengelola wisata, pendamping perjalanan wisata, rumah makan, penginapan dan lain-lain.
Adapun Soerjono Soekanto dalam Tejokusumo mengemukakan bahwa ciri-ciri kehidupan masyarakat adalah:
a.    Manusia yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang individu.
b.    Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama.
c.    Menyadari kehidupan mereka merupakan satu kesatuan.
d.   Merupakan sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan sebagai akibat dari perasaan saling terkait antara satu dengan lainnya.

2.      Pengertian Karakter
Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu kharaseein, yang berarti sebuah instrumen untuk menilai, mengesankan, memberikan tanda khusus, dan watak khusus (Oxford Endlish Dictionary). Tanda khusus ini adalah yang membedakan dari yang lain sehingga dapat mengukir kesan khusus pada setiap individu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalh nilai-nilai unik yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil pola pikir, olah hati, olah rasa dan karsa serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter dalam bahasa Inggris: “character” dalam bahasa Indonesia “karakter”. Berasal dari bahasa Yunani character dan charassain yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwardarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona dalam Marzuki yang mendefinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter mulia (good character), dalam pandangan Lickona, meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).



Berbagai pengertian atau definisi karakter dikemukakan oleh para ahli antara lain:
a.    Michael Novak: karakter merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.
b.    Masnur Muslich : karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
c.    Scerenko : karakter adalah ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompeksitas mental dari seseorang.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri khas kepribadian individu yang berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran, dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut berguna untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

3.      Pengertian Masyarakat Berkarakter
Setelah pemaparan mengenai pengertian masyarakat dan karakter kita dapat mengetahui pengertian masyarakat berkarakter adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama. Mematuhi peraturan yang disepakati bersama, di mana dalam upaya perwujudan tersebut disertai dengan penanaman karakteristik yang mencakup nilai-nilai kebudayaan, nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang menunjang dalam upaya perwujudan cita-cita masyarakat tersebut.
Apabila membahas masyarakat berkarakter maka erat kaitannya dengan lingkungan yang berkarakter pula. Lingkungan berkarkter sangatlah penting bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, seperti karakter cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab,  kejujuran atau amanah, diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, gotong royong dan kerjasama. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja, namun pada kehidupan sehari-hari.
Masyarakat yang berkarakter  perlu diciptakan dengan baik dan benar karena dalam masyarakat anak akan mengenal dan mengetahui pengetahuan tambahan, pengganti dari pendidikan lingkungan lainnya sehingga masyarakat perlu paham akan pentingnya peranan dalam membangun pendidikan karakter bagi anak. Masyarakat yang berkarakter akan mendukung segala upaya dalam menunjang pendidikan yang layak bagi anak dan masyarakat juga akan mengikutsertakan setiap individu dalam lingkungannya untuk bekerjasama memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.
Masyarakat berkarakter bukan berarti masyarakat yang kaya dan mampu memberikan segala fasilitas pendidikan yang memadai namun juga masyarakat yang mampu memberikan motivasi kepada sekitarnya untuk menyadarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya mmanusiakan manusia. Masyarakat berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki gelar pendidikan yang banyak. Masyarakat berkarakter tahu bagaimana caranya menciptakan menciptakan suasana pendidikan yang tepat bagi sekitarnya sehingga perannya sebagai agen pendidikan dengan optimal.
Pada intinya masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang mampu mensinkronkan antara pengetahuan yang sudah di dapt anak dari lingkungan keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di terapkan dalam menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya.

4.      Ciri-ciri Masyarakat Berkarakter
Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk membentuk masyarakat  yang berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan upaya yang sangat urgents untuk membentuk jati diri atau kepribadian bangsa.
Masyarakat merupakan aset paling berharga untuk membangun bangsa yang lebih baik dan maju. Masyarakat berkarakter harus memiliki karakter yang kuat dengan dicirikan kapasitas mental. Kapasitas mental ini berupa kejujuran, ketulusan, keberanian, ketegasan, kekuatan dalam memegang prinsip hidup., dan sifat-sifat lainnya yang melekat pada dirinya. Ciri-ciri masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang setiap anggotanya telah memiliki dan dapat menginternalisasikan 18 nilai karakter dalam dirinya yang dipublikasikan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. 18 Nilai-nilai tersebut dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Nilai-nilai Karakter berdasarkan Kemendiknas
No
Nilai Karakter
Deskripsi
1
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
5
Kerja keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
6
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8
Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9
Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10
Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
11
Cinta tanah air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12
Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13
Bersahabat/komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14
Cinta damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain
15
Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16
Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17
Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
18
Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

5.      Konsep Masyarakat Berkarakter
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan masyarakat kelompok manusia yang berada di sekeliling kita, bekerja bersama-sama, saling menghormati, saling membutuhkan dan dapat mengorganisasikan lingkungan tersebut sebagai satu kesatuan sosial dalam batas tertentu. Setiap orang tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan masyarakat sekitarnya. Pergaulan masyarakat akan berjalan dengan baik jika berlaku yang baik jika berlaku akhlaq yang berisikan hak dan kewajiban yang harus ditaati oleh setiap anggota dalam masyarakat itu.
a.    Akhlaq yang berlaku dalam pergaulan lingkungan masyarakat, antara lain:
1)      Menunjukkan wajah yang jernih dan hati yang suci kepada orang lain
2)      Menjaga lisan dan perbuatan
3)      Menghormati dan tenggang rasa kepada mereka
4)      Saling memberi pertolongan jika ada anggota masyarakat yang membutuhkan
5)      Dalam pergaulan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar
6)      Saling mengucapkan salam bila bertemu
7)      Menyesuaikan diri jika di majelis pertemuan
8)      Minta izin jika mau masuk rumah orang atau tempat-tempat lain
9)      Berkelakar dengan sopan
10)  Menjenguk orang sakit
11)  Berta’ziyah dan menyelenggarakan upacara pemakaman

b.        Sedangkan konsep-konsep dasar masyarakat berkarakter itu perlu ditanamkan dalam berbagai aspek meliputi :
1)      Kebudayaan
2)      Tradisi
3)      Pengetahuan
4)      Ilmu
5)      Teknologi
6)      Norma
7)      Lembaga
8)      Seni
9)      Bahasa
10)  Lambang

Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan budaya adalah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang mengatur , membatasi, dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua , di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai.
Dalam tindakan, perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun, pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas. Bahasa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar rangkaian kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa anak, remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain. Bahasa merupakan alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera. Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.

B.       STRATEGI MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Nucci & Narvaes menyatakan bahwa oral merupakan faktor determinan atau penentu pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu, indikator manusia yang berkarakter moral adalah:
1.      Personal Improvement
Personal Improvement yaitu individu yang mempunyai kepribadiaan yang teguh terhadap aturan yang diinternalisasi dalam dirinya. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah dengan pengaruh lingkungan social yang dianggapnya tidak sesuai dengan aturan yang diinternalisasi tersebut. Ciri kepribadian tersebut secara kontemporer diistilahkan sebgai integritas. Individu yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap nilai dan aturan yang dia junjung tidak akan melakukan tindakan amoral. Sebagai contoh, individu yang menjunjung tinggi nilai agamanya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial untuk mencontek, manipulasi dan korupsi.

2.      Social Skill
Social Skill yaitu mempunyai kepekaan social yang tinggi sehingga mampu mengutamakan kepentingan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan sosialnya yang harmonis. Setiap nilai atau aturan universal tentunya akan mengarahkan manusia untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Contohnya, individu yang religious pasti akan berbuat baik untuk orang lain atau mengutamakan kepentingan umat.

3.      Comprehensive Problem Solving
Comprehensive Problem Solving yaitu sejauh mana individu dapat mengatasi konflik dilematis antara pengaruh lingkungan social yang tidak sesuai dengan nilai atau aturan dengan integritas pribadinya terhadap nilai atau aturan tersebut. Dalam arti, individu mempunya pemahaman terhadap tindakan orang lain (perspektif lain) yang menyimpang tetapi individu tersebut tetap mendasarkan keputusan/sikap/tindakannya kepada niali atau aturan yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang murid yang tidak mau mengikuti teman-temannya mencontek saat tidak diawasi oleh guru karna ia tetap menjunjung tinggi nilai atau aturan yang berlaku (kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu memahami penyebab perilaku teman-temannya yang mencontek. Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah dibutuhkan untu menilai suatu perbuatan tersebut benar atau salah.
Masyarakat yang ideal adalah meski mereka memiliki sub jati diri yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu identitas masyarakat yang mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Sepintas pemikiran ini sejalan dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi ruh terbangunnya bangsa Indonesia. Tujuan bersama amsyarakat adalah membangun kesejahteraan social dimana setiap individu terlindungi hak-haknya oleh system social. System social akan kuat jika didukung oleh sub system yang menjadi pilarnya.
Pada dasarnya, jika ingin menciptakan masyarakat yang berkarakter maka kita bisa meneladani dari sikap Nabi Muhammad SAW dalam upaya membangun masyarakat berakhlak ketika zamannya. Jika suatu masyarakat terbangun sesuai dengan konsep tersebut diatas, maka tatanan masyarakat itu akan sangat indah, apa yang oleh Nabi disebut sebagai taman.  Dunia manusia (masyarakat) itu berpeluang menjadi taman yang indah jika didukung oleh pilar-pilar yang kuat. Menurut nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya tatanan masyarakat yang indah, yaitu :


1.      Ilmunya Ulama
Yang dimaksud ulama dalam konteks ini adalah para ahli, ilmuwan tidak terbatas pada ahli agama saja. Yang dimaksud ilmunya ulama sebagai pilar masyarakat adalah konsep ilmiah. Suatu tatanan masyarakat harus berdiri diatas konsep ilmiah. Undang-undang, peraturan, struktur organisasi, dan program-program harus teruji secara ilmiah. Sebuah konsep harus didasari oleh filosofi yang benar dan struktur pemikiran yang logis. Dengan konsep yang logis maka dinamika masyarakat bisa direkayasa dan diprediksi. Pada tataran masyarakat manapun, ulama menempati kedudukan yang terhormat.

2.      Keadilan Penguasa
Ketika sebuah konsep diaplikasikan maka ia harus dipatuhi secara konsisten dan proporsional menyangkut tertib, system, kadar, dan peruntukan. Sebaik apapun suatu konsep jika ketika diterapkan tidak dipatuhi maka hasilnya tidak akan optimal atau bahkan gagal. Yang berwenang mengawasi agar suatu peraturan berlangsung sebagaimana mestinya adalah pemerintah atau penguasa dalam semua tingkatannya. Jika pemerintah menjalankan secara benar maka ia disebut adil. Jika dalam menjalankan peraturan itu banyak penyimpangan, distorsi, dan korupsi maka ia disebut zalim. Keadilan penguasa merupakan pilar kedua yang menjamin terbangunnya tatanan masyarakat yang indah.



3.      Kejujuran Karakter Para Pengusaha
Dalam tatanan masyarakat manapun ada kelompok pengusaha yakni mereka yang bekerja mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya sehingga masyarakat merasa nyaman dalam hidupnya karena segala kebutuhannya mudah dijangkau. Untuk jasa mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya pengusaha atau pedagang boleh mengambil keuntungan. Jika dunia usaha tumbuh dengan sehat maka kehidupan masyarakat akan dinamis dan sejahtera. Tetapi pengusaha juga punya peluang untuk memeras msyarakat dan menghancurkan tatanannya, yaitu jika para pengusaha tidak jujur atau tidak amanah. Pengusaha dapat menaikkan harga, manipulasi kualitas, manipulasi pajak, dansebagainya yang dapat berdampak pada hilangnya rasa kepercayaan masyarakat. Jika kepercayaan sudah hilang, maka hidup ditengah masyarakat seperti itu sama sekali tidak nyaman. Kejujuran pengusaha dikontrol oleh pemerintah dan masyarakat, jika aparat pemerintah berhasil disuap oleh pengusaha sehingga keuangan Negara dibobol, kualitas produk dipalsukan, maka yang dirugikan adalah masyarakat dan Negara. Disinilah perlunya aparat yang kuat mental sehingga mereka tetap bertindak adil.

4.      Kemurahan Hati Orang Kaya
Pada tataran masyarakat manapun ada kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Secara sosiologis orang kaya biasanya dekat dengan pengusaha, dan bahkan ada masyarakat dimana penguasa dikendalikan oleh penguasa. Dalam dunia modern seringkali terjadi yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Akibatnya kecemburuan social terjadi, orang miskin membenci orang kaya, orang kaya mempersempit ruang gerak orang miskin. Dalam praktek sering terjadi pengusaha diperalat oleh orang kaya justru untuk menindas orang miskin sekaligus melindungi orang kaya. Orang kaya akan menjadi pilar masyarakat apabila mereka memiliki sifat murah hati. Mereka berpikir positif terhadap lapisan orang miskin sehingga dengan segala cara melakukan usaha bagaimana meningkatkan kesejahteraan orang iskin. Harus diakui bahwa orang kaya biasanya lebi kreatif disbanding orang miskin. Orang kaya yang murah hati biasanya dicintai dan dibela oleh orang miskim dan ini memberi kontribusi yang sangat besar pada stabilitas social karena kecemburuan social justru sangat rentan terhadap munculnya perilaku anarkis orang miskin terrhadap orang kaya.

5.      Doa Orang Miskin
Doa orang miskin mempunyai peran yang signifikan dalam membangun rasa ketentraman di masyarakat. Orang miskin yang sabar pada umumnya didalam jiwanya penub dengan rasa kasih saying yang oleh karena itu sangat terdorong untuk berdoa, baik untuk dirinya maupun orang lain. Sementara orang miskin yang merasa teraniaya pada umumnya dipenuhi rasa marah dan dendam yang musah sekali diprovokasi untuk melakukan tibadak anarkis.


6.      Disiplin Para Pekerja
Setiap program pekerjaan dan usaha pasti ada elemen peekrja atau buruh dan mereka adalah bagian dari produksi yang berhak menerima upah. Tanpa pekerja, pabrik tidak akan jalan dan tanpa pegawai, pemerintah pun tidak akan jalan pula. Jadi pekerja adalah bagian dari produksi yang jua sangat menentukan tingkat produktivitas sebuah lembaga.
Sebagai contoh, ada proses-proses bagaimana Nabi menegakkan pilar-pilar masyarakat Madinah, antara lain:
a.       Mempersaudarakan pengungsi Makkah (Muhajirin ) dengan penduduk Madinah (Ansar), dan kedua kelompok itu akhirnya menjadi pilar utama tegaknya masyarakat islam di Madinah.
b.      Menagtur tata pergaulan sosial dengan agama, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun kehidupan social (muamalah).
c.       Meneguhkan kedudukan dirinya (Rasul) sebagi pemimpin masyarakat, yang dalam menjalankan kebijakan selalu bermusyawarah dengan sahabat-sahabat besar.
d.      Menjalin perjanjian perdamaian dengan semua kekuatan social yang ada.
e.       Menegakkan hukum yang disepakati, antara lain menghukum para penghianat perjanjian.
f.       Memberikan keteladanan yang sangat tinggi dalam kehidupan sebgai pribadi, sebagai pemimpin keagamaan dan pemimpin masyarakat.
g.      Selama sepuluh tahun periode Madinah, Nabi bukan saja behasil membangun masyarakat madani di kota Madinah tetapi juga berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung Arabia dalam kesatuan wilayah politik.
Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia juga membimbing mereka dalam membangun sebuah masyarakat. Tatanan masyarakat yang dikehendaki Al-Qur’an adalah masyarakat yang adil, berdasarkan etika dan dapat bertahan di muka bumi, dan model masyarakat seperti itu hanya mungkin terwujud jika memiliki ideologi. Manusia memiliki kebutuhan fitri untuk mempertahankan hidupnya, oleh karena itu manusia terdorong untuk memiliki jaminan ekonomi dan jaminan rasa aman. Semua tatanan masyarakat sebenarnya dimaksud untuk memperoleh dua hal tersebut. Oleh karena itu, tuntunan Al-Qur’an dalam membangun masyarakat juga mengedepankan infrastruktur kesejahteraan social bagi terwujudnya dua jaminan tersebut.
Proses pembentukan masyarakat berkarakter dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan bangsa, diperlukan katrakter masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhut, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi iptek, yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa karakter masyarakat Indonesia adalaha karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebagai jatidiri bangsa.


Ruang lingkup sasaran menciptakan masyarakat berkarakter meliputi :
a.        Lingkup keluarga
Keluarga merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan karakter yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain dalam keluarga terhadap anak sebagai anggota keluarga, sehingga di harapkan dapat terwujud keluarga berkaakter mulia yang tercermin dalam prilaku keseharian. Proses itu dapat dilakukan melalui komunitas keluarga dan partisipasi keluarga dalam pengelolaan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dimana orang tua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan dan keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan kepada komunitas calon orang tua dengan pernyetaan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.

b.        Lingkup Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan merupakan wahana pengembangan dan pembinaan karakter yang dilakukan dengan menggunakan (1) Pendekatan terintegritas dalam suasana pembelajaran, (2) Pengembangan budaya satuan pendidikan, (3) pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler, (4) pembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan. Pembangunan karakter melalui satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi. Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Keteladanan bukan sekedar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta didik, melainkan juga sebagi penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap dan berprilaku. Oleh karena itu penerapan keteladanan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam pengembangan karakter peserta didik.

c.         Lingkup Pemerintah
Pemerintah merupakan wahana pembangunan karakter bangsa melalui keteladanan penyelenggaraan negara, elit pemerintah dan politik. Unsur      pemerintah merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter bangsa karena aparatur negara sebagai penyelenggara pemerintahan merupakan pengambil dan pelaksana kebijakan yang ikut menentukan berhasilnya pembangunan karakter pada tataran informal, formal dan non formal.

d.        Lingkup Dunia Usaha dan Industri
Dunia usaha dan industry merupakan wahana interaksi para pelaku sektor riil yang menopang bidang perekonomian nasional. Kemandirian perekonomian nasional sangat bergantung pada kekuatan karakter para pelaku usaha dan industry yang diantaranya dicerminkan oleh menguaknya daya saing, meningkatnya lapangan kerja, dan kebanggaan terhadap produk bangsa sendiri.


e.         Lingkup Media Massa
Media masa merupakan sebuah fungsi dan sistem yang memberi pengaruh sangat signifikan terhadap publik, khususnya terkait dengan pembentukan nilai-nilai kehidupan, sikap, prilaku dan kepribadian atau jati diri bangsa. Media massa memiliki fungsi edukatif maupun non edukatif bergantung dari muatan pesan informasi yang disampaikannya. Fungsi dan peran media massa dirasa semakin penting dalam  era globalisasi saat ini seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai informasi yang berasal dari berbagai macam sumber, baik dari dalam maupun dari luar negeri dengan mudah dapat diakses secara langsung oleh masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, informasi yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa akan membawa dampak negatif terhadap upaya pembentukan karakter. Pada gilirannya, ini akan mengancam jati diri bangsa. Atas dasar ini, sudah seharusnya media massa memberikan perhatian dan kepedulian dalam setiap pemberitahuan dan penyiaran informasi agar secara bertanggung jawab memasukan pesan-pesan edukatif terkait dengan substansi menciptakan masyarakat berkarakter.

C.      PENTINGNYA MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan di mana pun. Kenyataan tentang akutnya problem moral inilah yang kemudian menempatkan pentingnya penyelengaraan pembangunan masyarakat berkarakter. Rujukan kita sebagai orang yang beragama (Islam misalnya) terkait dengan problem moral dan pentingnya pendidikan karakter dapat dilihat dari kasus moral yang pernah menimpa kedua putera Nabi Adam a.s. Perilaku Qabil dan Habil dalam menyedekahkan hartanya, sikap dengki Qabil terhadap Habil yang berujung pada kasus pembunuhan, dan juga banyaknya Nabi dan Rasul yang diturunkan Allah kepada umat manusia, menunjukkan akutnya problem moral ini. Nabi Muhammad saw bahkan diutus ke dunia ini oleh Allah swt semata-mata untuk menyempurnaan akhlak manusia. Pembangunan masyarakat berkarakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil dan membantu manusia untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Membangun karakter masyarakat menjadi kunci terpenting kebangkitan Bangsa Indonesia dari keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradaban  baru. Tekad Pemerintah bertujuan untuk mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional yang harus didukung secara serius. Karakter bangsa dapat dibentuk dari program-program pendidikan atau dalam proses pembelajaran yang ada di dalam kelas. Akan tetapi, apabila pendidikan memang bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi bangsa, ada banyak hal yang harus dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap para pendidik dan juga terhadap  pelaksana kebijakan pendidikan. Jika kita pahami arti dari Pendidikan secara luas, pendidikan sebagai proses penyadaran, pencerdasan dan  pembangunan mental atau karakter, tentu bukan hanya identik dengan sekolah.Akan tetapi, berkaitan dengan proses kebudayaan yang secara umum sedang berjalan, dan juga memliki kemampuan untuk mengarahkan kesadaran,membentuk cara pandang, dan juga membangun karakter generasi muda. Artinya, karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan juga kaum muda secara umum sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah, akan tetapi lebih  banyak dibentuk oleh proses sosial yang juga tak dapat dilepaskan dari  proses ideoogi dan tatanan material-ekonomi yang sedang berjalan.
Mendidik budaya dan karakter masyarakat adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui Pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam  mengembangkan potensi.
Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan tersebut dapat ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,  pendidikan merupakan proses pewarisan budaya dan karakter bangsa  bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya karakter  bangsa untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif  peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian dalam  bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang  bermartabat.
D.      TUJUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKARAKTER
Membangun masyarakat berkarakter bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu membangun masyarakat berkarakter juga bertujuan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab berdasarkan falsafah pancasila. Juga bertujuan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan, dan masalah-masalah sosial lain yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan kegiatan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan, seperti religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung jawab, dan sebagainya. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan nilai yang baik dan tidak baik, serta bersedia melakukannya dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu di tumbuhkembangkan peserta didik yang pada akhirnya akan menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sekolah memiliki peranan yang besar dalam pengembangan pendidikan karakter, karena peran sekolah sebagai pusat pembudayaan melalui pendekatan pengembangan budaya sekolah (school culture).
Sedangkan  fungsi dari membangun masyarakat berkarakter sebagai berikut :
1.        Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berfikir baik, berhati baik, dan berprilaku baik sesuai  dengan filsafah hidup pancasila.

2.        Fungsi Perbaikan dan Penguatan
Berfungsi untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsaa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

3.        Fungsi Penyaring
Berfungsi untuk memilah budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui (1) pengukuhan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional   UUD 1945, (3) penguatan komitmen bangsa NKRI, (4) penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, serta (5) Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk berkelanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia dalam konteks global.

















BAB III
ANALISIS MENGENAI MENCIPTAKAN MASYARAKAT BERKARAKTER

A.   KONSEP DASAR MASYARAKAT BERKARAKTER
Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk membentuk masyarakat  yang berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan upaya yang sangat urgents untuk membentuk jati diri atau kepribadian bangsa. Masyarakat berkarakter bukan berarti masyarakat yang kaya dan mampu memberikan segala fasilitas pendidikan yang memadai namun juga masyarakat yang mampu memberikan motivasi kepada sekitarnya untuk menyadarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya mmanusiakan manusia. Masyarakat berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki gelar pendidikan yang banyak. Masyarakat berkarakter tahu bagaimana caranya menciptakan menciptakan suasana pendidikan yang tepat bagi sekitarnya sehingga perannya sebagai agen pendidikan dengan optimal.

B.     STRATEGI MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Strategi yang paling utama dalam membangun masyarakat berkarakter adalah dalam lingkup keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dimana orang tua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan dan keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan kepada komunitas calon orang tua dengan pernyetaan pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.

C.    PENTINGNYA MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Kenyataan tentang akutnya problem moral yang kemudian menempatkan pentingnya penyelengaraan pembangunan masyarakat berkarakter. Pembangunan masyarakat berkarakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil dan membantu manusia untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.

D.    TUJUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKARAKTER
Tujuan pembangunan masyarakat berkarakter yaitu untuk mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab berdasarkan falsafah pancasila. Juga bertujuan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan, dan masalah-masalah sosial lain.



BAB IV
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.      Masyarakat berkarakter adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama. Mematuhi peraturan yang disepakati bersama, di mana dalam upaya perwujudan tersebut disertai dengan penanaman karakteristik yang mencakup nilai-nilai kebudayaan, nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang menunjang dalam upaya perwujudan cita-cita masyarakat tersebut.

2.      Indikator manusia yang berkarakter moral adalah Personal Improvement, Social Skill, dan Comprehensive Problem Solving. Menurut nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya tatanan masyarakat yang indah, yaitu ilmunya ulama, keadilan penguasa, kejujuran karakter pada penguasa, kemurahan hati orang kaya, doa orang miskin, dan sisiplin para pekerja. Ruang lingkup sasaran menciptakan masyarakat berkarakter yaitu lingkup  keluarga, lingkup satuan pendidikan, lingkup pemerintah, lingkup dunia usaha dan industri dan lingkup media massa.

3.      Sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan di mana pun. Kenyataan tentang akutnya problem moral inilah yang kemudian menempatkan pentingnya penyelengaraan pembangunan masyarakat berkarakter.

4.      Tujuan utama membangun karakter masyarakat adalah untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B.       SARAN
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembacanya. Kekurangan dan kesalahan harap dimaklumi dan mudah-mudahan berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Terima kasih.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Makalah. Konsep Dasar Masyarakat Berkarakter. Tersedia (online). Diunduh: http://gudangilmuakukamudandia.blogspot.com/ 2015/12/konsep-dasar-masyarakat-berkarakter.html
Akhyak, M. A. 2013. Penelitian Implementasi Pendidikan Karakter Di Madrasah Aliyah Swasta (Study multisitus di madrasah darul hikmah tawang sari, madrasah aliyah maarif tulungagung, dan madrasah diponegoro bandung). Skripsi.  Tulungagung: IAIN Tulungagung
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2011.  Bahan Pelatihan : Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk membentuk daya saing dan Karakter Bangsa. Jakarta : Hotel Mercure Ancol
Kosim, M. 2012. Urgensi Pendidikan Karakter. KARSA: Journal of Social and Islamic Culture19(1), 84-92.
Marzuki, M. A.......... Pendidikan Karakter Dan Pengintegrasiannya Dalam Pembelajaran. Jurnal
Mubarok, Achmad. 2010. Membangun Budaya Masyarakat Berkarakter. Sarasehan Nasional Perndidikan karakter, diselengarakan oleh Ditjen Pendidikan Tinggi &Kopertis Wilayah III Jakarta Kementerian Pendidikan Nasional
Oktarosada, D. 2017. Implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran pendidikan agama islam di kelas X: Studi kasus di SMK Muhammadiyah 2 kalirejo (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Pantu, A., & Luneto, B. 2014. Pendidikan Karakter dan Bahasa. Jurnal Al-Ulum14(1), 153-170.
Rahadian, Agung. 2018. Makalah. Konsep Dasar Masyarakat Berkarakter. Tersedia (online). Diunduh: http://agungrahadian.blogspot.com/
Rosalinda, Rinita. 2015. Makalah. Menciptakan Masyarakat Berkarakter.  Tersedia (online). Diunduh: http://rinitarosalinda.blogspot.com /2015/02/menciptakan-masyarakat-berkarakter.html
Rosyid, N. 2018. Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa di Smp Negeri 1 Ngantru Tulungagung. Skripsi. Tulungagung: IAIN Tulungangung
Setiadi, Elly M. &Kolip, Usman. 2013. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Prenadamedia
Sudrajat, A. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1).
Tejokusumo, B. 2014. Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal. Geo Edukasi3(1).
Ubaidillah, U. 2010. Pandangan masyarakat terhadap pesantren (studi kasus di desa Tlogorejo kecamatan Karangawen kabupaten Demak) (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo).

0 komentar:

Posting Komentar

 

Mae's Life Published @ 2014 by Ipietoon