KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke
hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul MENCIPTAKAN MASYARAKAT
BERKARAKTER. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata
kuliah Pendidikan Karakter.
Atas bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun material, maka segala hambatan dan
kesulitan yang penyusun hadapi dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Maka dari itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Husnan
Sulaiman, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Karakter yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan untuk kelancaran penyusunan makalah ini.
Karena makalah ini jauh dari
sempurna, maka kami berharap kepada pembaca memberikan saran atau kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan para pembaca
umumnya dan penyusun khususnya.
Garut, Mei 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
|
||
KATA
PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
|
i
|
|
DAFTAR
ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
|
ii
|
|
BAB
I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
1
|
|
A.
Latar Belakang Masalah . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
1
|
|
B.
Rumusan Masalah . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
3
|
|
C.
Tujuan Penulisan . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
3
|
|
D.
Manfaat Penulisan . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
3
|
|
E.
Sistematika Penulisan . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
4
|
|
BAB
II KAJIAN TEORITIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .
|
5
|
|
A.
Konsep Dasar Masyarakat
Berkarakter . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .
|
5
|
|
B.
Strategi Membangun Masyarakat
Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
5
|
|
C.
Pentingnya Membangun Masyarakat
Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
10
|
|
D.
Tujuan Pembangunan Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
15
|
|
BAB
III ANALISIS MENCIPTAKAN SEKOLAH BERKARAKTER .
|
19
|
|
A. Konsep
Dasar Masyarakat Berkarakter . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
|
19
|
|
B. Strategi
Membangun Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
19
|
|
C. Pentingnya
Membangun Masyarakat Berkarakter . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
19
|
|
D. Tujuan
Pembangunan Masyarakat Berkarakter . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
|
20
|
|
BAB
IV PENUTUP . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
21
|
|
A.
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
21
|
|
B.
Saran . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
|
22
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
||
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Era
globaliasi masyarakat modern adalah sebagai dampak perubahan sosial budaya yang
sekarang sudah dirasakan.Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang
ditunjang teknologi komunikasi dan informasi menghadapkan perdaban masyarakat
bersih pada kemajemukan dan perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai
sebagai dampak pertemuan dengan budaya lain dengan sistem nilainya yang berbeda
dapat menimbulkan kritis nilai. Paling kurang untuk sementara waktu, orang
seperti kehilangan pegangan atau mengalami ketidak jelasan arah hidup.Dalam
situasi seperti itu, erosi nilai-nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin
dominannya nilai ekonomis dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus
komersialisasi di berbagai bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan
terancam. Dewasa ini, nilai-nilai yang dapat membangun karakter sudah mulai
asing di tengah masyarakat.
Salah
satu realisasi visi dan misi bangsa Indonesia pada masa mendatang telah termuat
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yaitu mewujudkan sistem dan iklim
pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak
mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisplin dan
bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia.
Pada era reformasi di negeri kita
sekarang ini banyak sekali dijumpai perilaku masyarakat yang terasa menyimpang
dari norma-norma tradisi yang mengambarkan kepatutan sosial. Ada yang
menganggapnya sebagai konsekuensi logis reformasi, ada juga yang mengangap
sebagai fenomena reformasi yang kebablasan. Jika pada masa orde baru
kebanyakan pejabat negara itu dipandang terhormat dan dihormati, kini semua
pejabat publik bahkan presiden dan wakil presiden pun menjadi bahan olok-olok
demonstran jalanan. Bukan hanya itu, perilaku anarkipun dilakukan oleh lapisan
masyarakat yang semestinya berkarakter, seperti mahasiswa dan anggota parlemen
. Oleh karena itu dapat disebut bahwa anarki berlangsung dari jalanan
hingga senayan. Pertanyaan yang timbul adalah, apakah perilaku “menyimpang “
ini merupakan budaya masyarakat kini, atau sekededar fenomena musiman?
Pertanyaan mendasar berikutnya, mengapa terjadi hal itu dan siapa yang harus
disalahkan atau siapa yang harus bertanggung jawab?
Era globaliasi masyarakat modern
adalah sebagai dampak perubahan sosial budaya yang sekarang sudah dirasakan.
Pergaulan sosial dalam masyarakat global yang ditunjang teknologi komunikasi
dan informasi menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan
perbedaan sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan
budaya lain dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai.
Paling kurang untuk sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau
mengalami ketidak jelasan arah hidup. Dalam situasi seperti itu, erosi
nilai-nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya nilai ekonomis
dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus komersialisasi diberbagai
bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini,
nilai-nilai yang dapat membangun karakter sudah mulai asing di tengah
masyarakat.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
konsep dasar masyarakat berkarakter?
2.
Bagaimana
strategi membangun masyarakat berkarakter?
3.
Bagaimana
pentingnya membangun masyarakat berkarakter?
4.
Apa
saja tujuan pembangunan masyarakat berkarakter?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
memahami konsep dasar masyarakat berkarakter.
2.
Untuk
mengetahui strategi membangun masyarakat berkarakter .
3.
Untuk
mengetahui pentingnya membangun masyarakat berkarakter.
4.
Untuk
Mengetahui tujuan pembangunan masyarakat berkarakter.
D.
MANFAAT PENULISAN
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan informasi tambahan mengenai Menciptakan Masyarakat
Berkarakter.
2.
Dapat dijadikan referensi tambahan untuk penulisan makalah serupa.
3.
Menambah ilmu pengetahuan.
E.
S
ISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika
penulisan makalah ini meliputi empat bab, dengan rincian sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisn,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian
Teoritis mengemukakan tentang bagaimana konsep dasar
masyarakat berkarakter, strategi membangun masyarakat berkarakter, pentingnya
membangun masyarakat berkarakter dan tujuan pembangunan masyarakat berkarakter.
Bab III
Analisis mengenai makalah menciptakan masyarakat berkarakter
Bab
IV Penutup meliputi: kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MASYARAKAT BERKARAKTER
1. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu musyarakah.
Dalam bahasa Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama yang
menurut Ibnu Manzur dalam Lisan Al’Arab mengandung arti (1) pokok dari segala
sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan. (2) kumpulan dari orang banyak yang
berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti berserikat, bersekutu dan
saling bekerjasama. Jadi dari kata musayarakah dan mujtama sudah dapat ditarik
pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda
tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan mematuhi peraturan yang disepakati
bersama. Dari pengertian tersebut dapat kita bayangkan bagaimana anatomi dari
masayarakat yang berbeda-beda. Dapat dijumpai misalnya ada masyarakat desa,
masyarakat kota, masyarakat dunia, masyarakat Indonesia dan sebagainya. Semua
jenis masyarakat tersebut terdiri dari unsur-unsur yang berbeda tetapi mereka
menyatu dalam satu tatanan sebagai wujud kehendak bersama.
Dalam U.
Ubaidillah disebutkan masyarakat dalam
bahasa Inggris disebut “society” asal kata “sociuc” yang berarti
kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu “syirk” yang
berarti bergaul atau dalam bahasa ilmiahnya interaksi. Adanya saling bergaul
itu tentu karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain. Arti yang
lebih khusus masyarakat disebut pula kesatuan sosial maupun ikatan-ikatan kasih
sayang yang erat. Kata masyarakat hanya terdapat dalam dua bahasa yakni
Indonesia dan Malaysia. Kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia yang
artinya berhubungan dan pembentukan suatu kelompok atau golongan.
Berikut ini
beberapa definisi masyarakat menurut pakar sosiologi (Setiadi, 2013: 36):
a.
Selo
Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
b.
Max
Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang pada pokoknya
ditentukan oleh harapan dan nilainilai yang dominan pada warganya
Emile Durkheim
mendefinisikan masyarakat sebagai kenyataan objektif individu-individu yang
merupakan anggota-anggotanya. Kehidupan sebuah masyarakat merupakan sebuah
sistem sosial di mana bagian-bagian yang ada di dalamnya saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya dan menjadikan bagian-bagian tersebut menjadi
suatu kesatuan yang terpadu. Manusia akan bertemu dengan manusia lainnya dalam
sebuah masyarakat dengan peran yang berbeda-beda, sebagai contoh ketika
seseorang melakukan perjalanan wisata, pasti kita akan bertemu dengan sebuah
sistem wisata antara lain biro wisata, pengelola wisata, pendamping perjalanan
wisata, rumah makan, penginapan dan lain-lain.
Adapun Soerjono
Soekanto dalam Tejokusumo mengemukakan bahwa ciri-ciri kehidupan masyarakat
adalah:
a.
Manusia
yang hidup bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang individu.
b.
Bercampur
atau bergaul dalam waktu yang cukup lama.
c.
Menyadari
kehidupan mereka merupakan satu kesatuan.
d.
Merupakan
sistem bersama yang menimbulkan kebudayaan sebagai akibat dari perasaan saling
terkait antara satu dengan lainnya.
2. Pengertian
Karakter
Secara etimologis, kata karakter
berasal dari bahasa Yunani yaitu kharaseein, yang berarti sebuah
instrumen untuk menilai, mengesankan, memberikan tanda khusus, dan watak khusus
(Oxford Endlish Dictionary). Tanda khusus ini adalah yang membedakan
dari yang lain sehingga dapat mengukir kesan khusus pada setiap individu.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalh nilai-nilai
unik yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku. Karakter
secara koheren memancar dari hasil pola pikir, olah hati, olah rasa dan karsa
serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter dalam
bahasa Inggris: “character” dalam bahasa Indonesia “karakter”. Berasal
dari bahasa Yunani character dan charassain yang berarti membuat tajam, membuat
dalam. Dalam kamus Poerwardarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti
perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, potensi, nilai-nilai,
dan pola-pola pemikiran.
Pengertian
karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan
berwatak.
Secara
terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona dalam Marzuki yang
mendefinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to respond to
situations in a morally good way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character
so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and
moral behavior”. Karakter mulia (good character), dalam pandangan
Lickona, meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing), lalu
menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan
akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan kata
lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives),
sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors)
dan keterampilan (skills).
Berbagai
pengertian atau definisi karakter dikemukakan oleh para ahli antara lain:
a. Michael Novak: karakter merupakan
“campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi
religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang
ada dalam sejarah.
b. Masnur Muslich : karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
c. Scerenko : karakter adalah ciri-ciri
yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompeksitas mental
dari seseorang.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa karakter adalah sesuatu yang terdapat pada individu yang menjadi ciri
khas kepribadian individu yang berbeda dengan orang lain berupa sikap, pikiran,
dan tindakan. Ciri khas tiap individu tersebut berguna untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Pengertian
Masyarakat Berkarakter
Setelah
pemaparan mengenai pengertian masyarakat dan karakter kita
dapat mengetahui pengertian masyarakat berkarakter adalah kumpulan
dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama.
Mematuhi peraturan yang disepakati bersama, di mana dalam upaya perwujudan
tersebut disertai dengan penanaman karakteristik yang mencakup nilai-nilai
kebudayaan, nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang
menunjang dalam upaya perwujudan cita-cita masyarakat tersebut.
Apabila
membahas masyarakat berkarakter maka erat kaitannya dengan lingkungan yang
berkarakter pula. Lingkungan berkarkter sangatlah penting bagi perkembangan
individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung
terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, seperti karakter
cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung
jawab, kejujuran atau amanah, diplomatis, hormat dan santun,
dermawan, suka menolong,
gotong royong dan kerjasama. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap
pengenalan dan pemahaman saja, namun pada kehidupan sehari-hari.
Masyarakat
yang berkarakter perlu diciptakan dengan baik dan benar karena dalam
masyarakat anak akan mengenal dan mengetahui pengetahuan tambahan, pengganti dari
pendidikan lingkungan lainnya sehingga masyarakat perlu paham akan pentingnya
peranan dalam membangun pendidikan karakter bagi anak. Masyarakat yang
berkarakter akan mendukung segala upaya dalam menunjang pendidikan yang layak
bagi anak dan masyarakat juga akan mengikutsertakan setiap individu dalam
lingkungannya untuk bekerjasama memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.
Masyarakat
berkarakter bukan berarti masyarakat yang kaya dan mampu memberikan segala
fasilitas pendidikan yang memadai namun juga masyarakat yang mampu memberikan
motivasi kepada sekitarnya untuk menyadarkan bagaimana pentingnya pendidikan
dalam upaya mmanusiakan manusia. Masyarakat berkarakter bukan pula masyarakat
yang memiliki gelar pendidikan yang banyak. Masyarakat berkarakter tahu
bagaimana caranya menciptakan menciptakan suasana pendidikan yang tepat bagi
sekitarnya sehingga perannya sebagai agen pendidikan dengan optimal.
Pada intinya
masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang mampu mensinkronkan antara
pengetahuan yang sudah di dapt anak dari lingkungan keluarga dan sekolah
sehingga pengetahuannya dapat di terapkan dalam menangani permasalahan yang ada
dalam masyarakatnya.
4.
Ciri-ciri
Masyarakat Berkarakter
Salah satu
aspek yang dapat dilakukan untuk membentuk masyarakat yang
berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan
upaya yang sangat urgents
untuk membentuk jati diri atau kepribadian bangsa.
Masyarakat
merupakan aset paling berharga untuk membangun bangsa yang lebih baik dan maju.
Masyarakat berkarakter harus memiliki karakter yang kuat dengan dicirikan
kapasitas mental. Kapasitas mental ini berupa kejujuran, ketulusan, keberanian,
ketegasan, kekuatan dalam memegang prinsip hidup., dan sifat-sifat lainnya yang
melekat pada dirinya. Ciri-ciri masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang
setiap anggotanya telah memiliki dan dapat menginternalisasikan 18 nilai
karakter dalam dirinya yang dipublikasikan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter
(2011) yang merupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari
agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. 18 Nilai-nilai tersebut dapat di
lihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Nilai-nilai Karakter berdasarkan Kemendiknas
No
|
Nilai Karakter
|
Deskripsi
|
1
|
Religius
|
Sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
|
2
|
Jujur
|
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
|
3
|
Toleransi
|
Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
|
4
|
Disiplin
|
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan
|
5
|
Kerja keras
|
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan
|
6
|
Kreatif
|
Berpikir
dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
|
7
|
Mandiri
|
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas
|
8
|
Demokratis
|
Cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain
|
9
|
Rasa ingin tahu
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
|
10
|
Semangat kebangsaan
|
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
|
11
|
Cinta tanah air
|
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
|
12
|
Menghargai prestasi
|
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
|
13
|
Bersahabat/komunikatif
|
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
|
14
|
Cinta damai
|
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain
|
15
|
Gemar membaca
|
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya
|
16
|
Peduli lingkungan
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
|
17
|
Peduli sosial
|
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan
|
18
|
Tanggung jawab
|
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
|
5.
Konsep
Masyarakat Berkarakter
Karakter mulia
berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai
dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis,
analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta
ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur,
menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir
positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat,
dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian
diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka,
tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau
unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya
tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu
(intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang
berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal
yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara
serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).
Lingkungan
masyarakat merupakan lingkungan masyarakat kelompok manusia yang berada di
sekeliling kita, bekerja bersama-sama, saling menghormati, saling membutuhkan
dan dapat mengorganisasikan lingkungan tersebut sebagai satu kesatuan sosial
dalam batas tertentu. Setiap orang tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan
masyarakat sekitarnya. Pergaulan masyarakat akan berjalan dengan baik jika
berlaku yang baik jika berlaku akhlaq yang berisikan hak dan kewajiban yang harus
ditaati oleh setiap anggota dalam masyarakat itu.
a. Akhlaq yang berlaku dalam pergaulan
lingkungan masyarakat, antara lain:
1)
Menunjukkan
wajah yang jernih dan hati yang suci kepada orang lain
2)
Menjaga
lisan dan perbuatan
3)
Menghormati
dan tenggang rasa kepada mereka
4)
Saling
memberi pertolongan jika ada anggota masyarakat yang membutuhkan
5)
Dalam
pergaulan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar
6)
Saling
mengucapkan salam bila bertemu
7)
Menyesuaikan
diri jika di majelis pertemuan
8)
Minta
izin jika mau masuk rumah orang atau tempat-tempat lain
9)
Berkelakar
dengan sopan
10)
Menjenguk
orang sakit
11)
Berta’ziyah
dan menyelenggarakan upacara pemakaman
b.
Sedangkan
konsep-konsep dasar masyarakat berkarakter itu perlu ditanamkan dalam berbagai
aspek meliputi :
1)
Kebudayaan
2)
Tradisi
3)
Pengetahuan
4)
Ilmu
5)
Teknologi
6)
Norma
7)
Lembaga
8)
Seni
9)
Bahasa
10)
Lambang
Konsep lain yang
memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan budaya adalah nilai serta
norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun demikian memiliki
perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai anggota masyrakat
melekat apa yang di katakana baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan
tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang
mengatur , membatasi, dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang
tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua ,
di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai.
Dalam tindakan,
perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan
aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai dan
berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada ukuran
dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya,
Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun, pergaulan antar
kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan
matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai
suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas. Bahasa sebagai
suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis atupun
lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar rangkaian
kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa anak,
remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan
nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat
mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain.
Bahasa merupakan alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera.
Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
B. STRATEGI
MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Nucci & Narvaes menyatakan bahwa oral merupakan faktor determinan atau penentu
pembentukan karakter seseorang. Oleh karena itu, indikator manusia yang
berkarakter moral adalah:
1. Personal Improvement
Personal Improvement
yaitu individu
yang mempunyai kepribadiaan yang teguh terhadap aturan yang diinternalisasi
dalam dirinya. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah dengan pengaruh lingkungan
social yang dianggapnya tidak sesuai dengan aturan yang diinternalisasi tersebut.
Ciri kepribadian tersebut secara kontemporer diistilahkan sebgai integritas.
Individu yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap nilai dan aturan yang
dia junjung tidak akan melakukan tindakan amoral. Sebagai contoh, individu yang
menjunjung tinggi nilai agamanya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial
untuk mencontek, manipulasi dan korupsi.
2. Social Skill
Social Skill yaitu mempunyai
kepekaan social yang tinggi sehingga mampu mengutamakan kepentingan orang lain.
Hal ini ditunjukkan dengan hubungan sosialnya yang harmonis. Setiap nilai atau
aturan universal tentunya akan mengarahkan manusia untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain. Contohnya, individu yang religious pasti akan berbuat baik
untuk orang lain atau mengutamakan kepentingan umat.
3. Comprehensive Problem Solving
Comprehensive Problem Solving yaitu sejauh mana individu dapat
mengatasi konflik dilematis antara pengaruh lingkungan social yang tidak sesuai
dengan nilai atau aturan dengan integritas pribadinya terhadap nilai atau
aturan tersebut. Dalam arti, individu mempunya pemahaman terhadap tindakan orang
lain (perspektif lain) yang menyimpang tetapi individu tersebut tetap
mendasarkan keputusan/sikap/tindakannya kepada niali atau aturan yang telah
diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang murid yang tidak mau
mengikuti teman-temannya mencontek saat tidak diawasi oleh guru karna ia tetap
menjunjung tinggi nilai atau aturan yang berlaku (kejujuran). Meskipun
sebenarnya ia mampu memahami penyebab perilaku teman-temannya yang mencontek.
Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah dibutuhkan untu menilai suatu
perbuatan tersebut benar atau salah.
Masyarakat yang ideal adalah meski mereka memiliki sub jati
diri yang berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu identitas masyarakat
yang mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan bekerjasama dalam mencapai
tujuan bersama. Sepintas pemikiran ini sejalan dengan konsep Bhinneka
Tunggal Ika yang menjadi ruh terbangunnya bangsa Indonesia. Tujuan bersama
amsyarakat adalah membangun kesejahteraan social dimana setiap individu
terlindungi hak-haknya oleh system social. System social akan kuat jika
didukung oleh sub system yang menjadi pilarnya.
Pada dasarnya, jika ingin menciptakan masyarakat yang
berkarakter maka kita bisa meneladani dari sikap Nabi Muhammad SAW dalam upaya
membangun masyarakat berakhlak ketika zamannya. Jika suatu masyarakat terbangun
sesuai dengan konsep tersebut diatas, maka tatanan masyarakat itu akan sangat
indah, apa yang oleh Nabi disebut sebagai taman. Dunia manusia
(masyarakat) itu berpeluang menjadi taman yang indah jika didukung oleh
pilar-pilar yang kuat. Menurut nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi
terbangunnya tatanan masyarakat yang indah, yaitu :
1.
Ilmunya
Ulama
Yang dimaksud ulama dalam konteks
ini adalah para ahli, ilmuwan tidak terbatas pada ahli agama saja. Yang
dimaksud ilmunya ulama sebagai pilar masyarakat adalah konsep ilmiah. Suatu
tatanan masyarakat harus berdiri diatas konsep ilmiah. Undang-undang,
peraturan, struktur organisasi, dan program-program harus teruji secara ilmiah.
Sebuah konsep harus didasari oleh filosofi yang benar dan struktur pemikiran
yang logis. Dengan konsep yang logis maka dinamika masyarakat bisa direkayasa
dan diprediksi. Pada tataran masyarakat manapun, ulama menempati kedudukan yang
terhormat.
2.
Keadilan
Penguasa
Ketika sebuah konsep diaplikasikan
maka ia harus dipatuhi secara konsisten dan proporsional menyangkut tertib,
system, kadar, dan peruntukan. Sebaik apapun suatu konsep jika ketika
diterapkan tidak dipatuhi maka hasilnya tidak akan optimal atau bahkan gagal.
Yang berwenang mengawasi agar suatu peraturan berlangsung sebagaimana mestinya
adalah pemerintah atau penguasa dalam semua tingkatannya. Jika pemerintah
menjalankan secara benar maka ia disebut adil. Jika dalam menjalankan peraturan
itu banyak penyimpangan, distorsi, dan korupsi maka ia disebut zalim. Keadilan
penguasa merupakan pilar kedua yang menjamin terbangunnya tatanan masyarakat
yang indah.
3.
Kejujuran
Karakter Para Pengusaha
Dalam tatanan masyarakat manapun ada
kelompok pengusaha yakni mereka yang bekerja mendekatkan masyarakat dari
kebutuhannya sehingga masyarakat merasa nyaman dalam hidupnya karena segala
kebutuhannya mudah dijangkau. Untuk jasa mendekatkan masyarakat dari
kebutuhannya pengusaha atau pedagang boleh mengambil keuntungan. Jika dunia
usaha tumbuh dengan sehat maka kehidupan masyarakat akan dinamis dan sejahtera.
Tetapi pengusaha juga punya peluang untuk memeras msyarakat dan menghancurkan
tatanannya, yaitu jika para pengusaha tidak jujur atau tidak amanah. Pengusaha
dapat menaikkan harga, manipulasi kualitas, manipulasi pajak, dansebagainya
yang dapat berdampak pada hilangnya rasa kepercayaan masyarakat. Jika
kepercayaan sudah hilang, maka hidup ditengah masyarakat seperti itu sama
sekali tidak nyaman. Kejujuran pengusaha dikontrol oleh pemerintah dan
masyarakat, jika aparat pemerintah berhasil disuap oleh pengusaha sehingga
keuangan Negara dibobol, kualitas produk dipalsukan, maka yang dirugikan adalah
masyarakat dan Negara. Disinilah perlunya aparat yang kuat mental sehingga
mereka tetap bertindak adil.
4.
Kemurahan
Hati Orang Kaya
Pada tataran masyarakat manapun ada
kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Secara sosiologis orang kaya
biasanya dekat dengan pengusaha, dan bahkan ada masyarakat dimana penguasa
dikendalikan oleh penguasa. Dalam dunia modern seringkali terjadi yang kaya
bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Akibatnya kecemburuan social
terjadi, orang miskin membenci orang kaya, orang kaya mempersempit ruang gerak
orang miskin. Dalam praktek sering terjadi pengusaha diperalat oleh orang kaya
justru untuk menindas orang miskin sekaligus melindungi orang kaya. Orang kaya
akan menjadi pilar masyarakat apabila mereka memiliki sifat murah hati. Mereka
berpikir positif terhadap lapisan orang miskin sehingga dengan segala cara melakukan
usaha bagaimana meningkatkan kesejahteraan orang iskin. Harus diakui bahwa
orang kaya biasanya lebi kreatif disbanding orang miskin. Orang kaya yang murah
hati biasanya dicintai dan dibela oleh orang miskim dan ini memberi kontribusi
yang sangat besar pada stabilitas social karena kecemburuan social justru
sangat rentan terhadap munculnya perilaku anarkis orang miskin terrhadap
orang kaya.
5.
Doa Orang
Miskin
Doa orang miskin mempunyai peran
yang signifikan dalam membangun rasa ketentraman di masyarakat. Orang miskin
yang sabar pada umumnya didalam jiwanya penub dengan rasa kasih saying yang
oleh karena itu sangat terdorong untuk berdoa, baik untuk dirinya maupun orang
lain. Sementara orang miskin yang merasa teraniaya pada umumnya dipenuhi rasa
marah dan dendam yang musah sekali diprovokasi untuk melakukan tibadak anarkis.
6.
Disiplin Para
Pekerja
Setiap program pekerjaan dan usaha
pasti ada elemen peekrja atau buruh dan mereka adalah bagian dari produksi yang
berhak menerima upah. Tanpa pekerja, pabrik tidak akan jalan dan tanpa pegawai,
pemerintah pun tidak akan jalan pula. Jadi pekerja adalah bagian dari produksi
yang jua sangat menentukan tingkat produktivitas sebuah lembaga.
Sebagai contoh, ada proses-proses
bagaimana Nabi menegakkan pilar-pilar masyarakat Madinah, antara lain:
a.
Mempersaudarakan pengungsi Makkah
(Muhajirin ) dengan penduduk Madinah (Ansar), dan kedua kelompok itu akhirnya
menjadi pilar utama tegaknya masyarakat islam di Madinah.
b. Menagtur
tata pergaulan sosial dengan agama, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun
kehidupan social (muamalah).
c. Meneguhkan
kedudukan dirinya (Rasul) sebagi pemimpin masyarakat, yang dalam menjalankan
kebijakan selalu bermusyawarah dengan sahabat-sahabat besar.
d. Menjalin
perjanjian perdamaian dengan semua kekuatan social yang ada.
e. Menegakkan
hukum yang disepakati, antara lain menghukum para penghianat perjanjian.
f. Memberikan
keteladanan yang sangat tinggi dalam kehidupan sebgai pribadi, sebagai pemimpin
keagamaan dan pemimpin masyarakat.
g.
Selama sepuluh tahun periode
Madinah, Nabi bukan saja behasil membangun masyarakat madani di kota Madinah
tetapi juga berhasil menyatukan seluruh wilayah semenanjung Arabia dalam
kesatuan wilayah politik.
Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia juga membimbing mereka
dalam membangun sebuah masyarakat. Tatanan masyarakat yang dikehendaki
Al-Qur’an adalah masyarakat yang adil, berdasarkan etika dan dapat bertahan di
muka bumi, dan model masyarakat seperti itu hanya mungkin terwujud jika
memiliki ideologi. Manusia memiliki kebutuhan fitri untuk mempertahankan
hidupnya, oleh karena itu manusia terdorong untuk memiliki jaminan ekonomi dan
jaminan rasa aman. Semua tatanan masyarakat sebenarnya dimaksud untuk
memperoleh dua hal tersebut. Oleh karena itu, tuntunan Al-Qur’an dalam
membangun masyarakat juga mengedepankan infrastruktur kesejahteraan social bagi
terwujudnya dua jaminan tersebut.
Proses pembentukan masyarakat berkarakter dimulai dari
penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi
karakter masyarakat dan pada akhirya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan
bangsa, diperlukan katrakter masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, berbudi luhut, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotic,
berkembang dinamis, berorientasi iptek, yang semuanya dijiwai iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa
karakter masyarakat Indonesia adalaha karakter yang berlandaskan Pancasila yang
memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebagai jatidiri bangsa.
Ruang lingkup sasaran menciptakan masyarakat
berkarakter meliputi :
a.
Lingkup keluarga
Keluarga merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan karakter yang
dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain dalam keluarga terhadap anak sebagai
anggota keluarga, sehingga di harapkan dapat terwujud keluarga berkaakter mulia
yang tercermin dalam prilaku keseharian. Proses itu dapat dilakukan melalui
komunitas keluarga dan partisipasi keluarga dalam pengelolaan pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama
dimana orang tua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses
tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan dan
keteladanan. Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan
kepada komunitas calon orang tua dengan pernyetaan pengetahuan dan
keterampilan, khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.
b.
Lingkup Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan merupakan wahana pengembangan dan pembinaan karakter
yang dilakukan dengan menggunakan (1) Pendekatan terintegritas dalam suasana
pembelajaran, (2) Pengembangan budaya satuan pendidikan, (3) pelaksanaan
kegiatan kokurikuler dan ekstrakulikuler, (4) pembiasaan perilaku dalam
kehidupan di lingkungan satuan pendidikan. Pembangunan karakter melalui satuan
pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi.
Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan
pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan.
Keteladanan bukan sekedar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga
sebagai penguat moral bagi peserta didik, melainkan juga sebagi penguat moral
bagi peserta didik dalam bersikap dan berprilaku. Oleh karena itu penerapan
keteladanan di lingkungan satuan pendidikan menjadi prasyarat dalam
pengembangan karakter peserta didik.
c.
Lingkup Pemerintah
Pemerintah merupakan wahana pembangunan karakter bangsa melalui
keteladanan penyelenggaraan negara, elit pemerintah dan politik. Unsur pemerintah merupakan komponen yang sangat
penting dalam proses pembentukan karakter bangsa karena aparatur negara sebagai
penyelenggara pemerintahan merupakan pengambil dan pelaksana kebijakan yang
ikut menentukan berhasilnya pembangunan karakter pada tataran informal, formal
dan non formal.
d.
Lingkup Dunia Usaha dan Industri
Dunia usaha dan industry merupakan wahana interaksi para pelaku sektor
riil yang menopang bidang perekonomian nasional. Kemandirian perekonomian
nasional sangat bergantung pada kekuatan karakter para pelaku usaha dan
industry yang diantaranya dicerminkan oleh menguaknya daya saing, meningkatnya
lapangan kerja, dan kebanggaan terhadap produk bangsa sendiri.
e.
Lingkup Media Massa
Media masa merupakan sebuah fungsi dan sistem yang memberi pengaruh
sangat signifikan terhadap publik, khususnya terkait dengan pembentukan
nilai-nilai kehidupan, sikap, prilaku dan kepribadian atau jati diri bangsa.
Media massa memiliki fungsi edukatif maupun non edukatif bergantung dari muatan
pesan informasi yang disampaikannya. Fungsi dan peran media massa dirasa
semakin penting dalam era globalisasi
saat ini seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai
informasi yang berasal dari berbagai macam sumber, baik dari dalam maupun dari
luar negeri dengan mudah dapat diakses secara langsung oleh masyarakat. Dalam
kondisi seperti ini, informasi yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya
bangsa akan membawa dampak negatif terhadap upaya pembentukan karakter. Pada
gilirannya, ini akan mengancam jati diri bangsa. Atas dasar ini, sudah
seharusnya media massa memberikan perhatian dan kepedulian dalam setiap
pemberitahuan dan penyiaran informasi agar secara bertanggung jawab memasukan pesan-pesan
edukatif terkait dengan substansi menciptakan masyarakat berkarakter.
C. PENTINGNYA
MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Sangat wajar
apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut atau
penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan di mana pun.
Kenyataan tentang akutnya problem moral inilah yang kemudian menempatkan
pentingnya penyelengaraan pembangunan masyarakat berkarakter. Rujukan kita
sebagai orang yang beragama (Islam misalnya) terkait dengan problem moral dan
pentingnya pendidikan karakter dapat dilihat dari kasus moral yang pernah menimpa
kedua putera Nabi Adam a.s. Perilaku Qabil dan Habil dalam menyedekahkan
hartanya, sikap dengki Qabil terhadap Habil yang berujung pada kasus
pembunuhan, dan juga banyaknya Nabi dan Rasul yang diturunkan Allah kepada umat
manusia, menunjukkan akutnya problem moral ini. Nabi Muhammad saw bahkan
diutus ke dunia ini oleh Allah swt semata-mata untuk menyempurnaan akhlak
manusia. Pembangunan masyarakat berkarakter diarahkan untuk memberikan tekanan
pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli,
dan adil dan membantu manusia untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Membangun
karakter masyarakat menjadi kunci terpenting kebangkitan Bangsa Indonesia dari
keterpurukan untuk menyongsong datangnya peradaban baru. Tekad Pemerintah
bertujuan untuk mengembangkan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari sistem pendidikan Nasional yang harus didukung secara
serius. Karakter bangsa dapat dibentuk dari program-program pendidikan atau
dalam proses pembelajaran yang ada di dalam kelas. Akan tetapi, apabila
pendidikan memang bermaksud serius untuk membentuk suatu karakter generasi
bangsa, ada banyak hal yang harus dilakukan, dan dibutuhkan penyadaran terhadap
para pendidik dan juga terhadap pelaksana kebijakan pendidikan. Jika kita
pahami arti dari Pendidikan secara luas, pendidikan sebagai proses penyadaran,
pencerdasan dan pembangunan mental atau karakter, tentu bukan hanya
identik dengan sekolah.Akan tetapi, berkaitan dengan proses kebudayaan yang
secara umum sedang berjalan, dan juga memliki kemampuan untuk mengarahkan
kesadaran,membentuk cara pandang, dan juga membangun karakter generasi muda. Artinya,
karakter yang menyangkut cara pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan juga
kaum muda secara umum sedikit sekali yang dibentuk dalam ruang kelas atau sekolah,
akan tetapi lebih banyak dibentuk oleh proses sosial yang juga tak dapat
dilepaskan dari proses ideoogi dan tatanan material-ekonomi yang sedang
berjalan.
Mendidik
budaya dan karakter masyarakat adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada
diri peserta didik melalui Pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan adalah
suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi.
Pendidikan
adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Keberlangsungan tersebut dapat ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda
dan juga proses pengembangan budaya karakter bangsa untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses
pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses interalisasi, dan penghayatan
nilai-nilai menjadi kepribadian dalam bergaul di masyarakat,
mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan
kehidupan bangsa yang bermartabat.
D. TUJUAN
PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKARAKTER
Membangun masyarakat berkarakter bertujuan untuk membina dan
mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang
berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa
persatuan Indonesia, berjiwa kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu
membangun masyarakat berkarakter juga bertujuan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, beradab berdasarkan falsafah pancasila. Juga bertujuan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut
antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan
anak-anak dan remaja, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan, dan
masalah-masalah sosial lain yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Upaya
pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata
hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam
kehidupan, seperti religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta
damai, tanggung jawab, dan sebagainya. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan
pengetahuan tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu
merasakan nilai yang baik dan tidak baik, serta bersedia melakukannya dari
lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di
masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu di tumbuhkembangkan peserta didik yang
pada akhirnya akan menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
sekolah memiliki peranan yang besar dalam pengembangan pendidikan karakter,
karena peran sekolah sebagai pusat pembudayaan melalui pendekatan pengembangan
budaya sekolah (school culture).
Sedangkan fungsi dari membangun masyarakat berkarakter sebagai berikut :
1.
Pembentukan
dan Pengembangan Potensi
Berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi manusia
atau warga negara Indonesia agar berfikir baik, berhati baik, dan berprilaku
baik sesuai dengan filsafah hidup pancasila.
2.
Fungsi Perbaikan
dan Penguatan
Berfungsi untuk memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk
ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga
negara dan pembangunan bangsaa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
3.
Fungsi Penyaring
Berfungsi untuk memilah budaya
bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui (1) pengukuhan
pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan
norma konstitusional UUD 1945, (3) penguatan komitmen bangsa NKRI,
(4) penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka
Tunggal Ika, serta (5) Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk
berkelanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia
dalam konteks global.
BAB III
ANALISIS MENGENAI MENCIPTAKAN MASYARAKAT BERKARAKTER
A. KONSEP DASAR MASYARAKAT BERKARAKTER
Salah satu
aspek yang dapat dilakukan untuk membentuk masyarakat yang
berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan
upaya yang sangat urgents untuk
membentuk jati diri atau kepribadian bangsa. Masyarakat berkarakter bukan
berarti masyarakat yang kaya dan mampu memberikan segala fasilitas pendidikan
yang memadai namun juga masyarakat yang mampu memberikan motivasi kepada
sekitarnya untuk menyadarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya
mmanusiakan manusia. Masyarakat berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki
gelar pendidikan yang banyak. Masyarakat berkarakter tahu bagaimana caranya
menciptakan menciptakan suasana pendidikan yang tepat bagi sekitarnya sehingga
perannya sebagai agen pendidikan dengan optimal.
B. STRATEGI
MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Strategi yang paling
utama dalam membangun masyarakat berkarakter adalah dalam lingkup keluarga,
karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dimana orang tua
bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak. Proses tersebut dapat
dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan dan keteladanan.
Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat juga dilakukan kepada
komunitas calon orang tua dengan pernyetaan pengetahuan dan keterampilan,
khususnya dalam pengasuhan dan pembimbingan anak.
C. PENTINGNYA
MEMBANGUN MASYARAKAT BERKARAKTER
Kenyataan
tentang akutnya problem moral yang kemudian menempatkan pentingnya
penyelengaraan pembangunan masyarakat berkarakter. Pembangunan masyarakat
berkarakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu
seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil dan membantu
manusia untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan mereka sendiri.
D. TUJUAN
PEMBANGUNAN MASYARAKAT BERKARAKTER
Tujuan
pembangunan masyarakat berkarakter yaitu untuk mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, beradab berdasarkan
falsafah pancasila. Juga bertujuan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya
pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, pornografi,
penyalahgunaan obat-obatan, dan masalah-masalah sosial lain.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah ini adalah:
1.
Masyarakat berkarakter adalah
kumpulan dari orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama.
Mematuhi peraturan yang disepakati bersama, di mana dalam upaya perwujudan
tersebut disertai dengan penanaman karakteristik yang mencakup nilai-nilai
kebudayaan, nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang
menunjang dalam upaya perwujudan cita-cita masyarakat tersebut.
2.
Indikator manusia yang berkarakter
moral adalah Personal Improvement, Social Skill, dan Comprehensive
Problem Solving. Menurut
nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya tatanan masyarakat yang
indah, yaitu
ilmunya ulama, keadilan penguasa, kejujuran karakter pada penguasa, kemurahan
hati orang kaya, doa orang miskin, dan sisiplin para pekerja. Ruang lingkup sasaran menciptakan masyarakat
berkarakter yaitu lingkup keluarga,
lingkup satuan pendidikan, lingkup pemerintah, lingkup dunia usaha dan industri
dan lingkup media massa.
3.
Sangat
wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan persoalan akut
atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan di mana pun.
Kenyataan tentang akutnya problem moral inilah yang kemudian menempatkan
pentingnya penyelengaraan pembangunan masyarakat berkarakter.
4. Tujuan utama
membangun karakter masyarakat adalah untuk membina dan mengembangkan karakter
warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. SARAN
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembacanya.
Kekurangan dan kesalahan harap dimaklumi dan mudah-mudahan berkembang ke arah
yang lebih baik lagi. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Makalah. Konsep
Dasar Masyarakat Berkarakter. Tersedia (online). Diunduh: http://gudangilmuakukamudandia.blogspot.com/
2015/12/konsep-dasar-masyarakat-berkarakter.html
Akhyak, M. A. 2013. Penelitian
Implementasi Pendidikan Karakter Di Madrasah Aliyah Swasta (Study
multisitus di madrasah darul hikmah tawang sari, madrasah aliyah maarif
tulungagung, dan madrasah diponegoro bandung). Skripsi. Tulungagung: IAIN Tulungagung
Kementerian Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2011. Bahan Pelatihan : Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk membentuk daya saing dan Karakter
Bangsa. Jakarta : Hotel Mercure Ancol
Kosim, M. 2012. Urgensi
Pendidikan Karakter. KARSA: Journal of Social and Islamic Culture, 19(1),
84-92.
Marzuki, M. A..........
Pendidikan Karakter Dan Pengintegrasiannya Dalam Pembelajaran. Jurnal
Mubarok, Achmad. 2010. Membangun
Budaya Masyarakat Berkarakter. Sarasehan Nasional
Perndidikan karakter, diselengarakan oleh Ditjen Pendidikan Tinggi &Kopertis
Wilayah III Jakarta Kementerian Pendidikan Nasional
Oktarosada, D. 2017. Implementasi
pendidikan karakter pada pembelajaran pendidikan agama islam di kelas X: Studi
kasus di SMK Muhammadiyah 2 kalirejo (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).
Pantu, A., &
Luneto, B. 2014. Pendidikan Karakter dan Bahasa. Jurnal Al-Ulum, 14(1),
153-170.
Rahadian, Agung. 2018.
Makalah. Konsep Dasar Masyarakat Berkarakter. Tersedia (online).
Diunduh: http://agungrahadian.blogspot.com/
Rosalinda, Rinita.
2015. Makalah. Menciptakan Masyarakat Berkarakter. Tersedia (online). Diunduh: http://rinitarosalinda.blogspot.com
/2015/02/menciptakan-masyarakat-berkarakter.html
Rosyid, N. 2018. Pengaruh
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budaya Sekolah Terhadap Karakter
Siswa di Smp Negeri 1 Ngantru Tulungagung. Skripsi. Tulungagung: IAIN
Tulungangung
Setiadi, Elly M. &Kolip, Usman.
2013. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Prenadamedia
Sudrajat, A. 2011. Mengapa
Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1).
Tejokusumo, B. 2014.
Dinamika Masyarakat Sebagai Sumber Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal.
Geo Edukasi, 3(1).
Ubaidillah, U. 2010. Pandangan
masyarakat terhadap pesantren (studi kasus di desa Tlogorejo kecamatan
Karangawen kabupaten Demak) (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo).
0 komentar:
Posting Komentar