Minggu, 10 April 2022

Makalah Ilmu Alamiah Dasar : Hakikat Manusia dan Sifat Keingintahuannya

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Hakikat Manusia
  1. Pengertian Hakikat Manusia

          Berbicara tentang hakikat manusia membawa kita pada pertanyaan sentral dan mendasar tentang manusia, yakni apakah dan siapakah manusia itu? Dalam Darmawi (1994: 31-2) disebutkan beberapa pendapat ahli tentang manusia:

  1. Adinegoro: manusia adalah micro cosmos bagian dari macro cosmos yang ada di atas bumi, sebagian dari makhluk bernyawa dan sebagian dari bangsa Anthropomorphen, binatang yang menyusui. Dia makhluk yang mengetahui dan menguasai kekuatan-kekuatan alam, di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin);
  2. Linaena, manusia adalah homo sapiens, artinya makhluk yang berbudi atau animal rational;
  3. Revest: manusia adalah homo loquen yaitu makhluk yang pandai menciptakan bahasa serta menjelmakan pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun;
  4. Bergson: manusia adalah homo faber  yaitu tukang,  karena pandai membuat perkakas;
  5. Franklin: manusia adalah tool making animal, binatang yang membuat alat;
  6. Aristoteles: manusia adalah zoom politicon yaitu binatang yang berorganisasi,  bermasyarakat,  berlebihan samaan. Dia juga menyebut animal riders sebagai makhluk yang bisa tertawa, suka humor;
  7. Ahli-ahli lain menyebut manusia sebagai: a) homo luden : makhluk suka main;b) homo religius : suka beragama; homo divinas : manusia sebagai khalifah Tuhan; homo economicus : manusia yang bisa menyerahkan kerja dan kekuasaannya kepada orang lain;
  8. Abbas Al Aqd: manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab yang diciptakan dengan sifat-sifat ketuhanan.

Para ahli berbeda-beda dalam membuat pengertian tentang manusia. Adapun pendapat yang mendekati kebenaran menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk (ciptaan Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan diberi anugerah sifat-sifat ketuhanan. Inilah pengertian yang disebutkan oleh sebagian ulama islam.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, makhluk yang sempurna, makhluk paling cerdas dan dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya. Maka  Hakikat Manusia adalah sebagai berikut :

  1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya;
  2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku   intelektual dan sosial;
  3. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya;
  4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya;
  5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati;
  6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas;
  7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat;
  8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

 

  1. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk yang Kuat

            Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia diciptakan dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang  bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.

  1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk yang Bertanggung Jawab

Sesungguhnya  hakikat  manusia  adalah mahluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahatan. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.

  1. Hakikat Manusia dalam Wujud dan Sifatnya

            Mengenai wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:

  1. Kemampuan Menyadari Diri

Kaum  rasional menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada  adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya.

  1. Kemampuan Bereksistensi

 Kemampuan  bereksistensi  adalah  kemampuan  menempatkan diri dan menerobos. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, adanya manusia  bukan  ”berada”  seperti  hewan  dan  tumbuh-tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika seandainya pada diri manusia ini tidak terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan bereksistensi inilah yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mahkluk infra human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manajer terhadap lingkungannya.

  1. Kata Hati

Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikut perbuatan”.   Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya, bagi manusia sebagai manusia.

  1. Moral

 Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum  otomatis  perbuatannya  merupakan  realisasi  dari kata hatinya itu. Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan.

  1.  Tanggung Jawab

Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada  diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, masyarakat, norma-norma agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

  1. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia.

  1. Kewajiban dan Hak

Pada dasarnya hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada. Belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban karena pemenuhan hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat terpenuhi dan tidak segenap kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.

  1. Kemampuan Menghayati Kebahagian

Pada saat orang menghayati kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional. Kebahagian itu ternyata tidak terletak pada keadaanya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan dan seterusnya) atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesangguapan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal yaitu, usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya. Manusia menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur, bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.

 

  1. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk lain.

Secara anatomi, fisik manusia tersusun dari materi yang  tak ada bedanya dengan susunan fisik hewan,  yaitu terdiri atas kulit,  daging, tulang, darah putih, darah merah, otot, saraf, air, bulu atau rambut,  organ tubuh bagian luar dan organ tubuh bagian dalam yang kesemuanya merupakan kumpulan dari miliaran sel tubuh. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.

Perlu diketahui bahwa roh manusia berbeda dengan rohani hewan dan tumbuhan. Roh pada tumbuhan dalam bahasa Latin disebut anima vegetativa atau roh nabati. Roh ini hanya dapat berkembang biak, tapi tak dapat bergerak atau pindah tempat dan tak sanggup merasakan. Roh hewan dalam bahasa Latin disebut anima sensitiva atau roh hewani. Dia sanggup merasakan, bergerak, menumbuhkan, berkembang Biak, akan tetapi tak sanggup memberikan kesadaran, pengertian dan pemikiran. Sedangkan manusia memiliki roh yang dalam bahasa Latin  disebut anima intellectiva atau ruh insani yang paling sempurna, tinggi dan mulia. Inilah yang membedakan antara makhluk manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pada manusia dilimpahkan karunia yang disebut potensi kemanusiaan (Ahnan, tt.:23-4) atau noosfer yaitu akal pikiran.

Berbeda dengan manusia, khususnya hewan, meskipun dapat bergerak secara dinamis, namun hewan tidak memiliki akal pikiran, dan tidak berkebudayaan sehingga hidupnya konstan tidak mengalami perkembangan jiwa. Sedangkan tumbuhan seperti pendapat di atas merupakan salah satu makhluk hidup yang tidak dapat bergerak seperti pada hewan atau manusia. Namun sebagian lain berpendapat bahwa tumbuhan juga termasuk makhluk hidup yang mampu bergerak sendiri meskipun sangat terbatas atau disebut gerak terikat, sedangkan gerak yang dilakukan oleh manusia dan binatang disebut gerak bebas atau gerak aktif ( Al Khatib, 1997: 20).

Ada 4 faktor potensi yang membedakan antara manusia dengan hewan sehingga manusia melebihi hewan lainnya:

  1. Potensi tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan dan keterampilan teknis;
  2. Potensi hidup, dengan potensi ini memungkinkan manusia beradaptasi dan mempertahankan hidup serta berkembang sesuai dengan tantangan alamnya;
  3. Potensi akal, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi (Iptek) sehingga ia mampu mengolah alam semesta beserta isinya untuk kepentingan hidup. Melalui potensi nalar juga mampu merenungkan dan memahami sunnatullah; dan
  4. Potensi kalbu, memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral, estetika, etika, nilai, spiritual dan merasakan kebesaran Allah Swt sebagai pencipta alam semesta. (Baca Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup,  1990:16)

 

  1. Sifat Keingintahuan Manusia

Salah satu kodrat manusia adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui. Anak  kecil adalah penanya sejati, dia tanyakan semua apa yang di sekitarnya, dia menganggap segala sesuatu itu luar biasa, dia selalu ingin tahu, makanya banyak orang beranggapan bahwa anak kecil adala filosof sejati. Namun pada umumya setelah dewasa, orang menganggap hal-hal yang ada disekitarnya biasa- biasa saja. Jadi tidak perlu dipertanyakan. Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mangenali dan mengakui seseorang sebagaimana mareka adanya, bukan apa yang orang pikirkan tentang mereka, dan bukan orang menginginkan mereka menjadi apa. Tindakan manusia diatur oleh pikirannya sendiri, sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran yang menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh si pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima. kodrat manusia sejak awal memang demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia ditempatkan di bumi dengan kodrat itu. manusia sebagai animal rational dibekali hasrat ingin tahu. Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what), bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap segala hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab.

Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan terhadap hal-hal yang ghaib. Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Ilmu Pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.

Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. . Rasa keingintahuan manusia dimulai dari rasa ingin mengenal dirinya sendiri yang kemudian berkembang kepada rasa keingintahuan manusia pada alam sekitarnya.

Rasa ingin tahu hanya akan mendorong seseorang untuk mengkaji fenomena alam semesta disaat hati nuraninya menyakini bahwa alam semesta ini telah diciptakan berdasarkan hukum kausalitas dan aturan yang selaras, keyakinan seperti ini tidak akan muncul kecuali dari keimanan terhadap Tuhan, dan ia tidak akan dimiliki oleh seorang materialis sejati. Oleh karenanya seorang materialis yang menghabisi usianya di dalam lab-lab dan pusat-pusat kajian guna mengkaji dan meneliti rahasia dan fenomena alam semesta, pada dasarnya hati nuraninya menyakini akan keberadaan Tuhan, walaupun secara zahir ia menampakkan dirinya sebagai seorang materialis.

Rasa keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa manusia untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang ada di alam serta kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih mempunyai keterbatasan misalnya keterbatasan manusia dalam melihat, mendengar, berpikir dan merasakan tentang apa yang terjadi disekitarnya secara benar dan utuh.

Manusia adalah mahluk transenden yang tak pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Bahkan leluhur manusia, Adam yang telah diberi pengetahuan langsung oleh Allah dan berpengetahuan lebih ketimbang mahluk lain masih saja ingin tahu rahasia buah kuldi. Rasa ingin tahu manusia tak pernah terpuaskan, ia terus bertanya dan bertanya.

Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) pikiran manusia berkembang dari waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan . Maka terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta juga untuk mencapai cita-cita.

Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi, kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja yang ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih, dll.)

Semua hal yang ingin diketahui manusia disebut realitas. Hasilnya adalah Pengetahuan (Knowledge), dan setelah melalui 3 tahap tadi akan berubah menjadi ilmu (Science).

Realitas tunggal (single reality) disebut Fakta (fact) yang kebenarannya tidak perlu diperdebatkan lagi, misalnya "Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak mati." Realitas yang satu dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon (Fenomena- fenomena).

Beberapa sifat realitas:

  1. Statik Sekaligus Dinamik

Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti dalam setiap realitas diasumsikan terdapat hal-hal yang tetap (regular) dan hal-hal yang berubah-ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang berubah dan apa yang tetap itu menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang realitas

  1. Denotatif dan Konotatif

Relitas bersifat denotatif, artinya realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol terhadap benda-benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna konotatif menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang) atau "abstrak."

  1. Realitas yang Disepakati (agreement reality) dan Realitas yang Dialami (experiential reality).

Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap hewan itu adalah hewan menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang anak mengalami sendiri makan masakan yang bahan utamanya daging cacing yang ternyata bergizi, lezat, dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka pengalamannya (experience) itu bertentangan dengan kesepakatannya semula dengan orang tuanya (agreement).

Perkembangan rasa keingintahuan

  1. Mitos dan mitologi, yaitu cerita rakyat yang dibuat-buat atau dongeng yang ada kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam,  manusia pada alam sekitarnya.

Mitos sebenarnya adalah manusia dengan imajinasinya berusaha secara sungguh-sungguh menrangkan gejala alam yang ada, namun usahanya belum dapat tepat karena kurang memiliki pengetahuan sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh, dewa, atau dewi.

Tujuan manusia menciptakan MITOS, karena pada saat itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.

o   karena keterbatasan pengetahuan manusia

o   karena keterbatasan penalaran manusia

o   karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah dikemukakan bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu itu benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran (pseudo science), kebenaran dan hasaratnya ingin tahu sudah terpenuhi,paling tidak untuk sementara waktu.

  1. Manusia berpikir rasional, yaitu menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi, sehingga dapat disebutkan adanya manusia yang mempunyai intelegensinya rendah, normal dan tinggi. Dalam perkembangan sejarah manusia, terdapat kesan bahwa pada mulanya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga timbul kepercaayaan atau agama dan rasa sosial. Dengan makin banyaknya persoalan yang harus dihadapi, manusia makin banyak mempergunakan akalnya dan kurang mementingkan perasaan.

DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia dalam Perspektif Sector Kehidupan dan Ajaran Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya

Solihin, Mukhtar. 2005. Hakikat Manusia Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri dalam Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia

Sumiati. 2009. Macam Macam Manusia. Semarang: Bengawan Ilmu

Purwawisesasiregar, Via. Artikel. 2014. Tersedia(online). Diunduh:

http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tentang-hakikat-manusia- dan_17.html?m=1

Rahmawati, Meliana. Artikel. 2014. Tersedia (online). Diunduh:

http://meilinarahmawati94.blogspot.co.id/2014/12/rasa-ingin-tahu-adalah-kodrat-manusia.html?m=1

 

 

 

 

Mae's Life Published @ 2014 by Ipietoon