BAB
II
PEMBAHASAN
- Hakikat
Manusia
- Pengertian
Hakikat Manusia
Berbicara tentang hakikat manusia
membawa kita pada pertanyaan sentral dan mendasar tentang manusia, yakni apakah
dan siapakah manusia itu? Dalam Darmawi (1994: 31-2) disebutkan beberapa
pendapat ahli tentang manusia:
- Adinegoro:
manusia adalah micro cosmos bagian dari macro cosmos yang
ada di atas bumi, sebagian dari makhluk bernyawa dan sebagian dari bangsa Anthropomorphen,
binatang yang menyusui. Dia makhluk yang mengetahui dan menguasai
kekuatan-kekuatan alam, di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin);
- Linaena,
manusia adalah homo sapiens, artinya makhluk yang berbudi atau animal
rational;
- Revest:
manusia adalah homo loquen yaitu makhluk yang pandai menciptakan
bahasa serta menjelmakan pikiran dan perasaan dalam kata-kata yang
tersusun;
- Bergson:
manusia adalah homo faber
yaitu tukang, karena pandai
membuat perkakas;
- Franklin:
manusia adalah tool making animal, binatang yang membuat alat;
- Aristoteles:
manusia adalah zoom politicon yaitu binatang yang
berorganisasi, bermasyarakat, berlebihan samaan. Dia juga menyebut animal
riders sebagai makhluk yang bisa tertawa, suka humor;
- Ahli-ahli
lain menyebut manusia sebagai: a) homo luden : makhluk suka main;b)
homo religius : suka beragama; homo divinas : manusia sebagai
khalifah Tuhan; homo economicus : manusia yang bisa menyerahkan
kerja dan kekuasaannya kepada orang lain;
- Abbas
Al Aqd: manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab yang diciptakan
dengan sifat-sifat ketuhanan.
Para
ahli berbeda-beda dalam membuat pengertian tentang manusia. Adapun pendapat
yang mendekati kebenaran menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk (ciptaan
Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan diberi anugerah
sifat-sifat ketuhanan. Inilah pengertian yang disebutkan oleh sebagian ulama
islam.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut maka Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat,
makhluk yang sempurna, makhluk paling cerdas dan dari semua itu menunjukan
bahwa hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat
dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya. Maka Hakikat Manusia adalah sebagai berikut :
- Makhluk
yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya;
- Individu
yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial;
- Mampu
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya;
- Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya;
- Individu
yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati;
- Suatu
keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas;
- Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat;
- Individu
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup
di dalam lingkungan sosial.
- Hakikat Manusia
Sebagai Makhluk yang Kuat
Hakikat manusia sebagai mahluk yang
kuat tentu karena manusia diciptakan dengan diberikan akal. Dengan akalnya
manusia bisa mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan
akalnya manusia bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk
lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang
yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan
binatang bergerak diruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja
mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
- Hakikat Manusia sebagai
Makhluk yang Bertanggung Jawab
Sesungguhnya hakikat
manusia adalah mahluk yang
bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri. Naluri adalah
semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk memikirkan serta
menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki dorongan yang dapat
diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang muncul
dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap waktu muncul
yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahatan. Namun pada hakikatnya atas
tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.
- Hakikat Manusia dalam
Wujud dan Sifatnya
Mengenai wujud sifat hakikat
manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham
eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan, yaitu:
- Kemampuan
Menyadari Diri
Kaum rasional menunjuk kunci perbedaan manusia
dengan hewan pada adanya kemampuan
menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari
diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki
ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan
dirinya dengan yang lain dan dengan lingkungan fisik di sekitarnya.
- Kemampuan
Bereksistensi
Kemampuan
bereksistensi adalah kemampuan
menempatkan diri dan menerobos. Justru karena manusia memiliki kemampuan
bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata
lain, adanya manusia bukan ”berada”
seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan, melainkan “meng-ada” di muka bumi. Jika seandainya pada
diri manusia ini tidak terdapat kebebasan, maka manusia itu tidak lebih dari
hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak
pernah “meng-ada” atau “ber-eksistensi”. Adanya kemampuan bereksistensi inilah
yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mahkluk infra
human, dimana hewan menjadi orderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi
manajer terhadap lingkungannya.
- Kata
Hati
Kata hati atau conscience of man
juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita
hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau
“pengertian yang mengikut perbuatan”.
Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang
sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya, bagi manusia
sebagai manusia.
- Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk
pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang
sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Disini tampak bahwa
masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah
memiliki kata hati yang tajam belum
otomatis perbuatannya merupakan
realisasi dari kata hatinya itu.
Untuk menjembatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang
diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal
tetapi tidak cukup memiliki moral. Itulah sebabnya maka pendidikan moral juga
sering disebut pendidikan kemauan.
- Tanggung Jawab
Kesedian untuk menanggung segenap
akibat dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab, merupakan pertanda dari
sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada
tanggung jawab kepada diri sendiri,
tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Tuhan. Dengan
demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan
bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntunan kodrat manusia, dan bahwa hanya
karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang
dituntutkan (oleh kata hati, masyarakat, norma-norma agama), diterima dengan
penuh kesadaran dan kerelaan.
- Rasa
Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak
merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntunan kodrat manusia.
Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan.
Artinya, bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan tuntunan kodrat
manusia. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang
mengalami rasa merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh kata hatinya, yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat
manusia.
- Kewajiban
dan Hak
Pada dasarnya hak itu adalah
sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada. Belum
tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum).
Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan.
Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa keadilan terwujud bila hak sejalan
dengan kewajiban karena pemenuhan hak dan pelaksaaan kewajiban dibatasi oleh
situasi kondisi yang berarti tidak semua hak dapat terpenuhi dan tidak segenap
kewajiban dapat sepenuhnya dilakukan.
- Kemampuan
Menghayati Kebahagian
Pada saat orang menghayati
kebahagian, aspek rasa lebih berperan dari pada aspek nalar. Oleh karena itu,
dikatakan bahwa kebahagian itu sifatnya irasional. Kebahagian itu ternyata
tidak terletak pada keadaanya sendiri secara factual (lulus sebagai sarjana,
mendapat pekerjaan dan seterusnya) atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun
pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesangguapan menghayati semuanya
itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian
atau ikatan tiga hal yaitu, usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia yang
menghayati kebahagian adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
Manusia menghayati kebahagaian apabila jiwanya bersih dan stabil, jujur,
bertanggung jawab, mempunyai pandangan hidup dan keyakinan hidup yang kukuh dan
bertekad untuk merealisasikan dengan cara yang realistis.
- Persamaan dan
Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
Manusia
pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran
dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk lain.
Secara
anatomi, fisik manusia tersusun dari materi yang tak ada bedanya dengan susunan fisik
hewan, yaitu terdiri atas kulit, daging, tulang, darah putih, darah merah,
otot, saraf, air, bulu atau rambut,
organ tubuh bagian luar dan organ tubuh bagian dalam yang kesemuanya
merupakan kumpulan dari miliaran sel tubuh. Letak perbedaan yang paling utama
antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan
kebudayaan.
Perlu
diketahui bahwa roh manusia berbeda dengan rohani hewan dan tumbuhan. Roh pada
tumbuhan dalam bahasa Latin disebut anima vegetativa atau roh nabati.
Roh ini hanya dapat berkembang biak, tapi tak dapat bergerak atau pindah tempat
dan tak sanggup merasakan. Roh hewan dalam bahasa Latin disebut anima
sensitiva atau roh hewani. Dia sanggup merasakan, bergerak, menumbuhkan,
berkembang Biak, akan tetapi tak sanggup memberikan kesadaran, pengertian dan
pemikiran. Sedangkan manusia memiliki roh yang dalam bahasa Latin disebut anima intellectiva atau ruh insani
yang paling sempurna, tinggi dan mulia. Inilah yang membedakan antara makhluk
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pada manusia dilimpahkan karunia yang
disebut potensi kemanusiaan (Ahnan, tt.:23-4) atau noosfer yaitu akal
pikiran.
Berbeda
dengan manusia, khususnya hewan, meskipun dapat bergerak secara dinamis, namun
hewan tidak memiliki akal pikiran, dan tidak berkebudayaan sehingga hidupnya
konstan tidak mengalami perkembangan jiwa. Sedangkan tumbuhan seperti pendapat
di atas merupakan salah satu makhluk hidup yang tidak dapat bergerak seperti
pada hewan atau manusia. Namun sebagian lain berpendapat bahwa tumbuhan juga
termasuk makhluk hidup yang mampu bergerak sendiri meskipun sangat terbatas
atau disebut gerak terikat, sedangkan gerak yang dilakukan oleh manusia dan
binatang disebut gerak bebas atau gerak aktif ( Al Khatib, 1997: 20).
Ada 4 faktor
potensi yang membedakan antara manusia dengan hewan sehingga manusia melebihi
hewan lainnya:
- Potensi
tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan dan keterampilan
teknis;
- Potensi
hidup, dengan potensi ini memungkinkan manusia beradaptasi dan
mempertahankan hidup serta berkembang sesuai dengan tantangan alamnya;
- Potensi
akal, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu dan
teknologi (Iptek) sehingga ia mampu mengolah alam semesta beserta isinya
untuk kepentingan hidup. Melalui potensi nalar juga mampu merenungkan dan
memahami sunnatullah; dan
- Potensi
kalbu, memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral, estetika, etika,
nilai, spiritual dan merasakan kebesaran Allah Swt sebagai pencipta alam
semesta. (Baca Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, 1990:16)
- Sifat
Keingintahuan Manusia
Salah
satu kodrat manusia adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui. Anak kecil adalah penanya sejati, dia tanyakan
semua apa yang di sekitarnya, dia menganggap segala sesuatu itu luar biasa, dia
selalu ingin tahu, makanya banyak orang beranggapan bahwa anak kecil adala
filosof sejati. Namun pada umumya setelah dewasa, orang menganggap hal-hal yang
ada disekitarnya biasa- biasa saja. Jadi tidak perlu dipertanyakan. Memahami
orang dan kodrat manusia hanyalah soal mangenali dan mengakui seseorang
sebagaimana mareka adanya, bukan apa yang orang pikirkan tentang mereka, dan
bukan orang menginginkan mereka menjadi apa. Tindakan manusia diatur oleh
pikirannya sendiri, sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran
yang menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh
si pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima. kodrat manusia sejak awal
memang demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia
ditempatkan di bumi dengan kodrat itu. manusia sebagai animal rational dibekali
hasrat ingin tahu. Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang
ada (know what), bagaimana sesuatu
terjadi (know how), dan mengapa
demikian (know why) terhadap segala
hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab.
Keingintahuan
manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan
sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan
terhadap hal-hal yang ghaib. Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai
pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Ilmu Pengetahuan berawal pada
kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Di dalam sejarah
perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah
pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.
Hasrat
ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal
yang dipertanyakannya. . Rasa keingintahuan manusia dimulai dari rasa ingin
mengenal dirinya sendiri yang kemudian berkembang kepada rasa keingintahuan
manusia pada alam sekitarnya.
Rasa
ingin tahu hanya akan mendorong seseorang untuk mengkaji fenomena alam semesta
disaat hati nuraninya menyakini bahwa alam semesta ini telah diciptakan
berdasarkan hukum kausalitas dan aturan yang selaras, keyakinan seperti ini
tidak akan muncul kecuali dari keimanan terhadap Tuhan, dan ia tidak akan
dimiliki oleh seorang materialis sejati. Oleh karenanya seorang materialis yang
menghabisi usianya di dalam lab-lab dan pusat-pusat kajian guna mengkaji dan
meneliti rahasia dan fenomena alam semesta, pada dasarnya hati nuraninya
menyakini akan keberadaan Tuhan, walaupun secara zahir ia menampakkan dirinya
sebagai seorang materialis.
Rasa
keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa manusia untuk
berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang ada di alam serta
kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih mempunyai
keterbatasan misalnya keterbatasan manusia dalam melihat, mendengar, berpikir dan
merasakan tentang apa yang terjadi disekitarnya secara benar dan utuh.
Manusia
adalah mahluk transenden yang tak pernah puas dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Bahkan leluhur manusia, Adam yang telah diberi pengetahuan
langsung oleh Allah dan berpengetahuan lebih ketimbang mahluk lain masih saja ingin
tahu rahasia buah kuldi. Rasa ingin tahu manusia tak pernah terpuaskan, ia
terus bertanya dan bertanya.
Dalam
manusia curiosity (rasa ingin tahu)
pikiran manusia berkembang dari waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau
pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan . Maka
terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih
berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan
hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta
juga untuk mencapai cita-cita.
Manusia
ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi, kondisi,
keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja yang
ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di
dalam dirinya sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih,
dll.)
Semua
hal yang ingin diketahui manusia disebut realitas. Hasilnya adalah Pengetahuan
(Knowledge), dan setelah melalui 3
tahap tadi akan berubah menjadi ilmu (Science).
Realitas
tunggal (single reality) disebut
Fakta (fact) yang kebenarannya tidak perlu diperdebatkan lagi, misalnya
"Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak mati." Realitas yang satu
dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon (Fenomena- fenomena).
Beberapa sifat
realitas:
- Statik
Sekaligus Dinamik
Realitas bersifat statik sekaligus
dinamik berarti dalam setiap realitas diasumsikan terdapat hal-hal yang tetap
(regular) dan hal-hal yang berubah-ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang
berubah dan apa yang tetap itu menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang
realitas
- Denotatif
dan Konotatif
Relitas bersifat denotatif, artinya
realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol terhadap benda-benda
konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna konotatif menyangkut
simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang) atau
"abstrak."
- Realitas
yang Disepakati (agreement reality)
dan Realitas yang Dialami (experiential
reality).
Realitas bersifat disepakati,
misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya bahwa cacing adalah binatang
menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap hewan itu adalah hewan
menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang anak mengalami sendiri
makan masakan yang bahan utamanya daging cacing yang ternyata bergizi, lezat,
dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka pengalamannya (experience) itu
bertentangan dengan kesepakatannya semula dengan orang tuanya (agreement).
Perkembangan
rasa keingintahuan
- Mitos
dan mitologi, yaitu cerita rakyat yang dibuat-buat atau dongeng yang ada
kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam, manusia pada alam sekitarnya.
Mitos sebenarnya adalah manusia dengan imajinasinya
berusaha secara sungguh-sungguh menrangkan gejala alam yang ada, namun usahanya
belum dapat tepat karena kurang memiliki pengetahuan sehingga untuk bagian
tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh, dewa, atau dewi.
Tujuan manusia menciptakan MITOS, karena pada saat
itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan
adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman
demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.
o
karena keterbatasan
pengetahuan manusia
o
karena
keterbatasan penalaran manusia
o
karena
keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah dikemukakan bahwa
kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat
diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu
itu benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat
diterima sebagai suatu kebenaran (pseudo science), kebenaran dan hasaratnya
ingin tahu sudah terpenuhi,paling tidak untuk sementara waktu.
- Manusia berpikir rasional, yaitu menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi, sehingga dapat disebutkan adanya manusia yang mempunyai intelegensinya rendah, normal dan tinggi. Dalam perkembangan sejarah manusia, terdapat kesan bahwa pada mulanya perasaan manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga timbul kepercaayaan atau agama dan rasa sosial. Dengan makin banyaknya persoalan yang harus dihadapi, manusia makin banyak mempergunakan akalnya dan kurang mementingkan perasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mufid, Sofyan Anwar. 2010.
Ekologi Manusia dalam Perspektif Sector
Kehidupan dan Ajaran Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya
Solihin, Mukhtar. 2005. Hakikat Manusia Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri dalam Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia
Sumiati. 2009. Macam Macam Manusia. Semarang: Bengawan Ilmu
Purwawisesasiregar, Via. Artikel. 2014.
Tersedia(online). Diunduh:
http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tentang-hakikat-manusia-
dan_17.html?m=1
Rahmawati, Meliana. Artikel. 2014. Tersedia
(online). Diunduh:
http://meilinarahmawati94.blogspot.co.id/2014/12/rasa-ingin-tahu-adalah-kodrat-manusia.html?m=1
0 komentar:
Posting Komentar